Warga  Kampung Muhara, Kecamatan Lebak Gedong, Banten, yang menjadi korban banjir bandang dan longsor mendambakan jembatan permanen untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah itu.

"Kami berharap pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, donatur dan relawan dapat membangun jembatan semi permanen itu," kata Marjuk (55), warga Kampung Muhara Kabupaten Lebak, Jumat.

Masyarakat Kampung Muhara sudah dua kali membangun jembatan dengan kondisi darurat pasca-bencana banjir bandang dan longsor.

Namun jembatan darurat tersebut kembali hanyut diterjang banjir.

Saat ini, kata dia, masyarakat di daerah itu terpaksa menggunakan jembatan yang bisa dilintasi jalan setapak.

Jembatan yang berlokasi di Kampung Muhara dengan menghubungkan antardesa menjadikan penyeberangan vital.

Sebab, warga di daerah itu tidak memiliki akses jalan, karena lokasinya perbukitan dan pegunungan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Kami berharap jembatan itu dibangun semi permanen dan bisa dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat," ujarnya menjelaskan.

Sukanta (50), warga Kecamatan Lebak Gedong mengatakan akibat terputusnya jembatan desa itu kini warga kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian karena tidak bisa dilintasi kendaraan roda dua.

Padahal, kata dia, jembatan itu sangat vital untuk menghubungkan ke luar daerah.

"Kami mendambakan jembatan itu dibangun kembali semi permanen, sehingga memiliki kekuatan dari terjangan banjir," katanya.

Sementara itu, Camat Lebak Gedong Wahyudin mengatakan bahwa jembatan di Kampung Muhara sudah dilakukan masyarakat secara gotong royong dengan melibatkan relawan pasca-banjir bandang dan longsor.

Namun, kondisi jembatan itu dilanda hujan lebat sehingga kembali hanyut diterjang banjir.

"Kami sudah melaporkan jembatan itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk ditindaklanjuti pemerintah daerah," katanya.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020