Sekitar 400 orang ditangkap dalam aksi unjuk rasa di Hong Kong pada hari pertama di tahun baru 2020, setelah aksi puluhan ribu peserta pro-demokrasi yang awalnya berlangsung damai berubah kacau dengan tembakan gas air mata oleh polisi untuk membubarkan massa.
Penangkapan itu menambah jumlah orang yang ditangkap menjadi sekitar 7.000 orang sejak demonstrasi mulai memanas pada Juni 2019 hingga kini, yang belum juga terlihat akan segera usai.
Ketegangan pada Rabu (1/1) kemarin memuncak setelah beberapa penangkapan dilakukan di kawasan bar Wan Chai, dekat kantor cabang bank HSBC, yang menjadi target kemarahan para pengunjuk rasa beberapa pekan belakangan.
Ketika bentrokan terjadi, sejumlah besar massa berpakaian serba hitam menyerbu lokasi tersebut sementara massa lainnya membentuk rantai manusia untuk memberikan berbagai pasokan, termasuk batu bata, sehingga pihak kepolisian juga mengerahkan perlawanan.
Polisi meminta penyelenggara demonstrasi untuk membubarkan diri lebih awal dan kerumunan massa akhirnya terurai setelah pasukan kepolisian dengan mobil meriam air berpatroli pada malam harinya.
Penangkapan lainnya juga dilakukan ketika massa aksi menduduki jalanan utama di semenanjung Kowloon, selagi ribuan orang pengunjuk rasa itu melakukan hitung mundur pergantian tahun di sepanjang pelabuhan Victoria.
Sejumlah demonstran menuduh HSBC terlibat dalam penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dan melawan para aktivis yang mencoba menggalang dana dukungan bagi aksi mereka. Namun, HSBC membantah keterlibatan apapun.
Dalam temu media Rabu malam, pengawas senior kepolisian, Ng Lok-Chun, menyatakan bahwa beberapa penangkapan itu dilakukan atas pelanggaran kepemilikan dan pengumpulan senjata.
Selama beberapa bulan, unjuk rasa telah meningkat menjadi pergerakan masif untuk mengusung demokrasi penuh di wilayah yang berada di bawah pemerintahan China itu, serta menciptakan penyelidikan sendiri mengenai kebrutalan pihak kepolisian.
Sedangkan pihak kepolisian bersikukuh bahwa mereka telah bertindak secara terkendali.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
Penangkapan itu menambah jumlah orang yang ditangkap menjadi sekitar 7.000 orang sejak demonstrasi mulai memanas pada Juni 2019 hingga kini, yang belum juga terlihat akan segera usai.
Ketegangan pada Rabu (1/1) kemarin memuncak setelah beberapa penangkapan dilakukan di kawasan bar Wan Chai, dekat kantor cabang bank HSBC, yang menjadi target kemarahan para pengunjuk rasa beberapa pekan belakangan.
Ketika bentrokan terjadi, sejumlah besar massa berpakaian serba hitam menyerbu lokasi tersebut sementara massa lainnya membentuk rantai manusia untuk memberikan berbagai pasokan, termasuk batu bata, sehingga pihak kepolisian juga mengerahkan perlawanan.
Polisi meminta penyelenggara demonstrasi untuk membubarkan diri lebih awal dan kerumunan massa akhirnya terurai setelah pasukan kepolisian dengan mobil meriam air berpatroli pada malam harinya.
Penangkapan lainnya juga dilakukan ketika massa aksi menduduki jalanan utama di semenanjung Kowloon, selagi ribuan orang pengunjuk rasa itu melakukan hitung mundur pergantian tahun di sepanjang pelabuhan Victoria.
Sejumlah demonstran menuduh HSBC terlibat dalam penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dan melawan para aktivis yang mencoba menggalang dana dukungan bagi aksi mereka. Namun, HSBC membantah keterlibatan apapun.
Dalam temu media Rabu malam, pengawas senior kepolisian, Ng Lok-Chun, menyatakan bahwa beberapa penangkapan itu dilakukan atas pelanggaran kepemilikan dan pengumpulan senjata.
Selama beberapa bulan, unjuk rasa telah meningkat menjadi pergerakan masif untuk mengusung demokrasi penuh di wilayah yang berada di bawah pemerintahan China itu, serta menciptakan penyelidikan sendiri mengenai kebrutalan pihak kepolisian.
Sedangkan pihak kepolisian bersikukuh bahwa mereka telah bertindak secara terkendali.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020