Kalangan santri di Kabupaten Lebak, Banten mengembangkan pembelajaran coretan menggunakan pena untuk memaknai kandungan "kitab gundul" pada pendidikan pondok pesantren.

"Semua santri di sini jika mengaji kitab gundul atau kitab kuning menerima pembelajaran dengan sistem coretan," kata Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hasanah Desa Cimangenteng Rangkasbitung, Kabupaten Lebak KH Hasan Basri, Selasa.

Proses pembelajaran dengan sistem coretan itu berkembang di Ponpes Salafi atau tradisional untuk memudahkan santri memaknai kandungan kitab kuning.

Mereka dalam pembelajaran coretan itu menggunakan bahasa Jawa sebagai dasar acuan coretan itu.

Selain itu juga santri belajar ilmu nahwu dan sorop sehingga mampu mengharkatkan bacaan kitab gundul, seperti hartkat dhomah, patah dan kasrah.

Misalnya, kata dia, kalimat "bismillahi" maka santri mampu membaca dan memaknai kalimat kitab gundul itu dengan bahasa jawa "kalawan nyebut jenangan asma Allah" atau dengan menyebut nama Allah, katanya.

Menurut dia, para santri di sini sebanyak 75 santri digembleng untuk mendalami kitab kuning agar mereka mampu membaca etimologi bahasa dan harkat dengan benar sesuai ilmu nahwu dan shorof itu.

Disamping juga diarahkan untuk mampu menafsirkan dan menerjemahkan makna dalam kajian kitab gundul tersebut demi memperdalam ilmu ibadah dan hukum Islam.

Proses pembelajaran dengan coretan itu dilaksanakan setelah melaksanakan shalat lima waktu.

"Kami mewajibkan semua santri harus mampu membaca kitab kuning," kata Hasan.

Ketua Pimpinan Pondok Pesantren Assayfiyah Deden Alfiansari mengatakan bahwa santri di sini mengembangkan pembelajaran sistem coretan untuk memaknai kandungan kitab gundul sudah menjadikan tradisi.

Metode pengajian sistem coretan itu untuk memperdalam kajian kitab kuning, di antaranya ilmu-ilmu fikih, seperti fathul mu'in, akidah kitab nasohibad, kitab ta'lim mu'taalim, kitab alfiyah, tafsir munir, tafsir jajalain.

"Kami yakin pengkajian kitab kuning itu santri mampu membaca kitab gundul dengan benar juga memaknainya," kata Deden.

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019