Krisis air bersih di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meluas hingga mencapai 21 kecamatan akibat kemarau panjang 2019 yang menyebabkan terjadi kekeringan.

"Semua warga yang dilanda krisis air bersih itu, karena tidak terlayani PDAM setempat," kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Madias saat dihubungi di Lebak, Selasa.

Masyarakat yang dilanda krisis air bersih itu untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) terpaksa berjalan kaki mencari air permukaan daerah aliran sungai.

Selain itu juga masyarakat sejak dini hari mendatangi sumber mata air yang ada dengan mengantre karena jika pagi hari sudah mengering.

Bahkan, di antaranya warga memanfaatkan air kolam yang kondisinya sudah berubah warna kecoklatan.

"Kami terus mengoptimalkan pendistribusian air bersih secara bergiliran ke 21 kecamatan itu," katanya.

Menurut dia, masyarakat yang dilanda krisis air bersih di 21 kecamatan antara lain Kecamatan Sajira, Cipanas, Bojongmanik, Leuwidamar, Cirinten, Warunggunung, Gunungkencana, Cihara, Wanasalam dan Panggarangan.

Begitu juga Kecamatan Bayah, Cigemblong, Cijaku, Cilograng, Cimarga, Muncang, Bayah, Cilograng, Cikulur,Cileles dan Cibadak.

Sebelumnya, kata Madias, kecamatan yang mengalami krisis air bersih tersebar di 19 kecamatan.



Kemarau panjang juga menyebabkan kekeringan pada  persawahan seluas 452 hektare sehingga dilaporkan tanaman padi gagal panen.

"Bencana kemarau itu tentu berdampak terhadap kualitas kehidupan masyarakat juga petani mengalami kerugian besar akibat gagal panen," demikian Madias.
 

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019