Dokter Spesialis Syaraf RSUD Wangaya, dr. I ketut Sumada, Sp.S, menjelaskan tentang keberadaan dari pasien kanker otak di RSUD Wangaya, Denpasar meningkat sekitar 15 hingga 20 persen.
"Kalau untuk pasien setiap hari sekitar dua pasien, ada saja yang masuk kesini, kelihatan meningkat sekitar 15-20 persen, lebih banyak dari kalangan dewasa, tapi untuk kalangan anak - anak ada juga, tapi tidak banyak," kata Dokter Spesialis Syaraf RSUD Wangaya, dr. I ketut Sumada, Sp.S, Jumat.
dr. Sumada menjelaskan kanker otak dapat dialami oleh berbagai usia, terlebih lagi timbulnya kanker bisa disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan yang tidak sehat, serta pola makan yang lebih banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat karsinogenik.
Ia menambahkan dapat ditemukannya tumor tentu membutuhkan waktu untuk tumbuh, namun lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, dibandingkan pada anak - anak.
"Tentu tumor itu kan perlu waktu untuk tumbuh, tapi memang lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, sedangkan kalau pada anak kecil, usia 7 tahun mengalami kesulitan berjalan itu bisa menduga tumor otak, namanya medulloblastoma,"tegasnya.
Menurut dia, Medulloblastoma, biasanya terjadi pada anak - anak usia 7 tahun, dan menyerang pada bagian otak kecil. Jika bersifat ganas, akan tumbuh secara terus menerus dalam waktu yang cepat. Hal ini akan berpengaruh pada pergerakan tubuh dan keseimbangan gerak.
Untuk itu, dr. Sumada menganjurkan jika ditemukan keluhan sejak dini, maka wajib dipreksakan ke Dokter. Pihaknya menyayangkan ketika masih ada masyarakat yang mendiagnosis diri sendiri dengan melihat melalui internet.
"Kanker otak secara umum, biasanya pasien mengeluh sakit kepala, lalu karena hal itu banyak sekali orang yang sakit kepala kemudian dia cari di Google dan ketakutan bahwa sakit kepala itu kanker otak, tidak semua sakit kepala bisa disebut sebagai kanker," jelasnya.
Ia menambahkan gejala - gejala yang muncul berupa sakit kepala yang dirasakan lebih dari tiga bulan, muntah - muntah setiap hari dan juga penglihatan kabur disertai dengan kesemutan seluruh tubuh, maka dapat dikatakan kondisi tersebut mendekati tumor otak.
Sedangkan, untuk kasus yang pernah ditangani langsung oleh dr. Sumada disebut Toxoplasmosis Cerebri yang biasa menyerang usia dewasa, sekitar 25, 30 hingga usia 60 tahun. Toxoplasmosis Cerebri disebut sebagai infeksi yang sering menyerang sistem saraf pusat oleh pengidap HIV.
"HIV itu akan menyebar ke otak, yang disebut Toxoplasmosis Cerebri dan bisa berbentuk tumor di otak, dan nah kalau itu tidak bisa disembuhkan, tapi dapat ditekan rasa sakitnya dengan minum obat seumur hidup," ungkapnya.
Pihaknya menghimbau agar masyarakat, menggunakan masker saat berkendara agar tidak terlalu sering terpapar polusi udara. Selain itu, untuk tidak sembarangan mengguanakan obat - obatan hormonal, karena dapat memicu timbulnya kanker, serta menghindari bahan makanan yang bersifat karsinogenik.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kalau untuk pasien setiap hari sekitar dua pasien, ada saja yang masuk kesini, kelihatan meningkat sekitar 15-20 persen, lebih banyak dari kalangan dewasa, tapi untuk kalangan anak - anak ada juga, tapi tidak banyak," kata Dokter Spesialis Syaraf RSUD Wangaya, dr. I ketut Sumada, Sp.S, Jumat.
dr. Sumada menjelaskan kanker otak dapat dialami oleh berbagai usia, terlebih lagi timbulnya kanker bisa disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan yang tidak sehat, serta pola makan yang lebih banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat karsinogenik.
Ia menambahkan dapat ditemukannya tumor tentu membutuhkan waktu untuk tumbuh, namun lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, dibandingkan pada anak - anak.
"Tentu tumor itu kan perlu waktu untuk tumbuh, tapi memang lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, sedangkan kalau pada anak kecil, usia 7 tahun mengalami kesulitan berjalan itu bisa menduga tumor otak, namanya medulloblastoma,"tegasnya.
Menurut dia, Medulloblastoma, biasanya terjadi pada anak - anak usia 7 tahun, dan menyerang pada bagian otak kecil. Jika bersifat ganas, akan tumbuh secara terus menerus dalam waktu yang cepat. Hal ini akan berpengaruh pada pergerakan tubuh dan keseimbangan gerak.
Untuk itu, dr. Sumada menganjurkan jika ditemukan keluhan sejak dini, maka wajib dipreksakan ke Dokter. Pihaknya menyayangkan ketika masih ada masyarakat yang mendiagnosis diri sendiri dengan melihat melalui internet.
"Kanker otak secara umum, biasanya pasien mengeluh sakit kepala, lalu karena hal itu banyak sekali orang yang sakit kepala kemudian dia cari di Google dan ketakutan bahwa sakit kepala itu kanker otak, tidak semua sakit kepala bisa disebut sebagai kanker," jelasnya.
Ia menambahkan gejala - gejala yang muncul berupa sakit kepala yang dirasakan lebih dari tiga bulan, muntah - muntah setiap hari dan juga penglihatan kabur disertai dengan kesemutan seluruh tubuh, maka dapat dikatakan kondisi tersebut mendekati tumor otak.
Sedangkan, untuk kasus yang pernah ditangani langsung oleh dr. Sumada disebut Toxoplasmosis Cerebri yang biasa menyerang usia dewasa, sekitar 25, 30 hingga usia 60 tahun. Toxoplasmosis Cerebri disebut sebagai infeksi yang sering menyerang sistem saraf pusat oleh pengidap HIV.
"HIV itu akan menyebar ke otak, yang disebut Toxoplasmosis Cerebri dan bisa berbentuk tumor di otak, dan nah kalau itu tidak bisa disembuhkan, tapi dapat ditekan rasa sakitnya dengan minum obat seumur hidup," ungkapnya.
Pihaknya menghimbau agar masyarakat, menggunakan masker saat berkendara agar tidak terlalu sering terpapar polusi udara. Selain itu, untuk tidak sembarangan mengguanakan obat - obatan hormonal, karena dapat memicu timbulnya kanker, serta menghindari bahan makanan yang bersifat karsinogenik.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019