Direktur Rekonvasi Bhumi Nana Prayatna Rahadian menyatakan  perbaikan kerusakan lahan mangrove butuh peran serta kebijakan pemerintah, dan  saat ini banyak lahan mangrove yang mengalami kerusakan, justru akibat kepentingan pembangunan Industri yang tidak bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Saat kegiatan penanaman mangrove di garis pantai Teluk Banten, Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Kamis, ia mencotohkan  pembangunan PLTU Lontar di Tangerang,  sebelumnya berada di atas lahan hutan mangrove, kedua kerusakan yang disebabkan karena perilaku masyarakat yang kurang baik, terahir persoalan hutan mangrove di Sawah Luhur yang ditebang kemudian menjadi kasus hukum.

"Kita memang perlu dukungan pemerintah, Yang menyedihkan itu, mangrove itu penting untuk ekosistem terutama para nelayan. Tapi tidak semua masyarakat punya kesadaran untuk menjaga itu," ujarnya. 

Nana menambahkan, saat ini ada beberapa masyarakat yang mulai tergerak untuk menanam di tambak. "Yang tergerak untuk menanam itu mulai ada tapi jumlahnya sedikit, masih satu dua orang. Selebihnya itu masih memanfaatkan mangrove untuk kepentingan - kepentingannya baik itu untuk membangun rumah, perahu tanpa mau menanam kembali," katanya. 

Kebijakan pemerintah juga dinilai masih setengah hati.  "Tidak ada upaya konkret target untuk mengatasi kerusakan lahan mangrove yang cukup besar. Tidak ada langkah - langkah itu, selama ini pemerintah berencana membuat mangrove centre seperti di Bali tapi baru sekitar wacana bentuk konkretnya belum," ujarnya.

Baca juga: Petugas Gabungan tindak kendaraan nakal di Jalan Aat - Rusli

Namun pihaknya mengingatkan, bahwa tanggung jawab lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, kerjasama seluruh pihak diharapkan menjadi energi besar untuk memperbaiki lingkungan yang terlanjur rusak.

Rekonvasi Bhumi, sebagai LSM yang konsen terhadap kelestarian lingkungan terus melakukan upaya pelestarian alam, termasuk salah satunya mencarikan solusi terhadap penanganan kerusakan lahan mangrove yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat nelayan, dengan mengajak perusahaan-perusahaan yang memiliki tujuan sama dibidang pelestarian lingkungan.

"Ini tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah, swasta atau LSM. Kerja sama para pihak itu energi besar untuk perbaikan lingkungan. Kami berharap kedepan tidak hanya Lotte Chemical Indonesia, Chandra Asri, tapi ada juga perusahaan-perusahaan lainnya yang punya kepedulian yang sama terhadap lingkungan, "  katanya.

Berdasarkan data, sekitar 60 persen dari 2.600 hektare hutan mangrove di Provinsi Banten mengalami kerusakan, dan perlu segera dilakukan perbaikan untuk agar kawasan hutan bakau itu kembali bagus.

 Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Banten Husni Hasan menyatakan  keberadaan mangrove memberikan nilai yang sangat positif dan strategis, karena keberadaan mangrove bisa mencegah abrasi pantai, juga bisa sebagai wadah budidaya kerang, kepiting, dan udang, yang bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan pesisir.

"Pada beberapa tempat hutan mangrove ini  dijadikan destinasi tempat wisata, untuk itu pemerintah akan mendorong ke arah itu, baik sebagai budidaya perikanan juga untuk bumper abrasi juga untuk meminimalisir kerugian yang diakibatkan bencana tsunami,  disamping bisa dimanfaatkan sebagai wisata bahari, tapi sayang sekarang enam puluh persen nya rusak akibat sampah, alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan penebangan liar, " ujarnya.

Baca juga: Petugas pasar non PNS di Cilegon didaftarkan jadi peserta BPJS-TK


 

Pewarta: Susmiyatun Hayati

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019