Masyarakat komunitas adat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini mengandalkan ekonomi dari hasil pertanian dan aneka kerajinan.

"Kami sejak dari nenek moyang untuk kehidupan ekonomi dikembangkan usaha pertanian dan kerajinan itu," kata Santa (45) seorang warga Badui saat ditemui di kediamanya di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Kamis.

Pertanian Badui mengembangkan pertanian di lahan-lahan ladang huma dengan pola tanam tumpang sari jenis pangan, palawija dan hortikultura.

Pengembangan pertanian itu hingga kini masyarakat Badui belum pernah mengalami krisis pangan.

Bahkan, petani Badui setiap tahun banyak menjual hasil pertanian beraneka jenis mulai lengkuas, jahe, kencur, durian, dukuh, manggis, pisang dan sayuran.

Namun, petani Badui hingga kini tidak menjual hasil produk pangan padi huma. Sebab, masyarakat Badui secara adat dilarang menjual padi huma karena untuk ketahanban pangan keluarga.

"Kami setiap tahun bisa menghasilkan pendapat ekonomi dari komoditas pertanian mencapai Rp50 juta," katanya.

Pulung (50) warga Badui warga Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak mengaku dirinya menjual kencur sebanyak 30 kilogram ke Pasar Rangkasbitung sebesar Rp2,4 juta dengan harga pasaran Rp80 ribu/Kg.

Komoditas kencur itu dipanen selama delapan bulan dan bisa menjualnya ke penampung di Pasar Rangkasbitung.

"Kami terbantu ekonomi keluarga dengan menjual hasil pertanian itu," katanya.

Neng (45) seorang perajin tenun Badui mengaku bahwa sejak dua bulan terakhir ini pesanan dari luar daerah meningkat. Karena itu, perajin tenun Badui merasa kewalahan melayani pesanan tersebut.

Selain itu juga banyak wisatawan yang membeli tenun Badui sekadar untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.

"Meningkatnya permintaan tenun Badui tentu ekonomi masyarakat Badui cukup baik," katanya.

Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Saija mengatakan masyarakat Badui berpenduduk 11.600 orang itu sejak turun temurun mengandalkan ekonomi dari hasil bumi dan kerajinan tangan.

Mereka petani Badui mengembangkan usaha pertanian di ladang huma dan hasil panen dijual ke penampung di Rangkasbitung.
Namun, masyarakat Badui dilarang menjual gabah atau beras karena berdasarkan adat.

"Kami setiap panen padi huma disimpan dalam gudang dan tidak dijualnya, sehingga persedian pangan cukup untuk kebutuhan keluarga," katanya.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019