Sejumlah petani masyarakat Badui di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merasa senang karena panen raya padi huma tahun ini cukup bagus dan tidak terserang hama maupun penyakit tanaman.

"Kami memperkirakan produksi panen huma lumayan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya merugi akibat terserang hama," kata Santa (45), seorang petani Badui warga Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Selasa.

Panen raya padi huma tahun ini seluas 1,5 hektare di lahan milik Perum Perhutani Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak relatif bagus dan tidak terserang hama.

Dari panen seluas 1,5 hektare dan jika tidak terserang hama dipastikan mendapat gabah kering pungut (GKP) sekitar 70 sampai 90 geges (ikat) atau 1,5 ton. 
"Kami sangat bersyukur panen tahun ini menguntungkan," kata Santa.

Santa mengatakan, saat ini banyak petani Badui yang menggarap lahan milik Perum Perhutani maupun sewa tanah milik orang lain. Sebab, lahan di kawasan hak ulayat adat Badui relatif terbatas.

Karena itu, petani masyarakat Badui Penamping atau Badui Luar terpaksa mengembangkan pertanian di luar kawasan hak tanah ulayat adat. "Kami sudah puluhan tahun menggarap lahan milik Perum Perhutani," ujarnya.

Kubil (35) seorang petani juga seniman Badui mengatakan panen padi huma tahun ini cukup bagus karena didukung curah hujan.

Panen padi huma bisa mencapai 60 karung dan bisa memenuhi kebutuhan pangan selama setahun ke depan. "Kami selain menanam padi huma juga menanam budi daya umbi-umbian, pisang dan jagung," katanya.

Begitu juga Arman (45) seorang petani Badui mengaku dirinya panen padi huma seluas satu hektare di lahan Perum Perhutani dipastikan cukup bagus.
 
Panen padi huma di sini dipanen selama enam bulan dari mulai tanam bulan Oktober 2018.  Mereka petani Badui menanam padi huma itu menggunakan benih lokal.

"Semua produksi hasil panen itu disimpan di lumbung-lumbung atau rumah leuit sebagai bekal pangan keluarga," katanya menjelaskan.

Tetua adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Saija mengatakan saat ini petani Badui mulai memasuki musim panen dan dipastikan hasilnya melimpah. 

Mereka petani mengembangkan pertanian di lahan-lahan perbukitan sekitar perbatasan masyarakat Badui, seperti Kecamatan Leuwidamar, Cimarga, Sobang, Bojongmanik, Cileles, Gunungkencana dan Muncang.

Budaya petani Badui setiap tahun menananam huma berpindah-pindah berdasarkan keputusan adat.

Selain itu juga petani Badui dilarang menanam padi di areal persawahan dengan menggunakan peralatan peratanian, seperti cangkul dan traktor juga pupuk kimia.

Petani Badui dari hasil panen padi huma itu tidak dijual, namun dijadikan persedian pangan keluarga.

Karena itu, masyarakat Badui yang berpenduduk 11.620 jiwa dan terdiri dari laki-laki 5.870 jiwa dan perempuan 5.570 jiwa terpenuhi ketersedian pangan.

"Kami terus mengembangkan bercocok tanam padi huma untuk mempertahankan kemandirian pangan," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan selama ini prinsip masyarakat Badui menata produksi pangan cukup bagus sejak nenek moyang sehingga belum mengalami krisis pangan.

Mereka mempertahankan pangan dengan bercocok tanam padi darat tanpa menggunakan pupuk kimia. "Jika panen petani Badui menyimpan gabah di leuit itu untuk mempertahankan ketahanan pangan," ujarnya.


 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019