Serang, (Antaranews Banten) - Pemerintah Kabupaten Serang, Banten, mengabdopsi sistem budidaya garam yang diterapkan para petani di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh.

Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah dan Wakil Bupati Pandji Tirtayasa belajar langsung cara pengembangan budidaya garam yang dihasilkan para petani di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Kamis (6/12).         

Hal tersebut dilaksanakan terkait dengan rencana pemberian bantuan program pengembangan usaha garam rakyat terintegrasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI  ke Kabupaten Serang pada 2019 mendatang.

Ratu Tatu dan rombongan disambut langsung Bupati Pidie Jaya Aiyub Abbas di kantornya dengan penuh persahabatan. Tak hanya itu, Tatu kemudian diajak melihat lokasi budi daya garam kurang lebih seluas 36 hektare di Pidie Jaya yang sudah lebih dulu mendapat bantuan KKP.

Tatu dalam siaran pers yang diterima, Minggu (9/12), mengatakan Kabupaten Serang memiliki potensi yang strategis untuk dikembangkan usaha tambak garam rakyat. Terdapat 300 hektare lebih lahan tambah yang belum produktif dan potensial untuk dijadikan sebagai usaha tambak garam.  

"Kami ingin belajar dari Pidie Jaya dalam hal pengembangan budi daya garam," katanya.

Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang sukses mendapat program pengembangan usaha garam rakyat terintegrasi, sebab daerah tersebut masih dinilai miskin sehingga terus mendapat dukungan pemerintah pusat. Kabupaten Pidie Jaya baru berusia 11 tahun yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Pidie. Untuk menuju ke Kabupaten tersebut membutuhkan waktu tempuh sekitar 3,5 - 4 jam dari Banda Aceh. 

Kabupaten Serang ingin seperti Pidie Jaya yang pada tahun anggaran 2018, menjadi daerah yang menerima bantuan dari KKP.  "Garam merupakan komoditi ekonomi yang memiliki pasar luas, memiliki harga kompetitif, dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Tatu.

KKP RI saat ini sedang mengembangkan budi daya garam dengan sistem teknologi ulir filter (TUF) dan pemasangan geomembran di tambak garam. Sistem ini bisa menguntungkan bagi petani. Diperkirakan, seluas satu hektare tambak garam, bisa menghasilkan keuntungkan hingga Rp130.000.000 per hektare. Sementara dengan sistem tradisional hanya Rp30 juta per hektare. Atau produktivitasnya bisa naik hingga 400 persen.

Lahan garam seluas 1 hektare terdiri dari saluran pemasukan air dan tandon air yang ada di sisi lahan, petakan ulir yang dihubungkan dengan filter, serta 14 meja kristalisasi garam. Terintegrasi karena terdapat industri pengolahan hingga ketersediaan gudang untuk menyetabilkan harga garam di pasaran.

Bupati Pidie Jaya Aiyub Abas mengatakan, petani garam di Pidie Jaya sudah merasakan manfaat dari program yang digulirkan oleh KKP. Bahkan ada lahan budi daya garam yang dikelola oleh badan usaha milik desa (bumdes).

"Kami terbuka untuk saling belajar terkait berbagai program pemerintah. Usia Pidie Jaya baru 11 tahun, kami pun belajar dari Kabupaten Serang yang sudah berusia lebih dari 400 tahun," katanya. 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018