Program sekolah lapang yang digagas Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten, bersama pemerintah Provinsi Banten berhasil memanen sebanyak 13,5 ton bawang merah.
Kepala BI Provinsi Banten Ameriza Ma'aruf Moesa, di Serang, Selasa, mengatakan saat ini BI Banten bersama Pemerintah Daerah Provinsi Banten akan fokus terhadap produksi bawang merah di Sawah Luhur, Kota Serang, hingga benar-benar mandiri.
"Dengan adanya sekolah lapang ini kita bisa mengubah mindset para petani agar subsisten menjadi petani profesional dan menghasilkan panen yang lebih banyak," katanya.
Selain itu, dengan adanya inovasi penanaman bawang merah ini juga mampu menghemat pengeluaran para petani sehingga tidak meminjam modal kepada para tengkulak.
"Uang yang dikeluarkan saat ini baru untuk penyewaan mesin kalau diakumulasi dana akan semakin besar setelah panen nanti," katanya.
Baca juga: Promprov Banten dukung pengembangan budi daya bawang merah
Ia mengatakan bawang sebagai salah satu penyumbang inflasi tertinggi, dan Banten mampu merespon dengan melakukan panen dalam situasi ekstrem yaitu hujan dengan intesitas tinggi. Banten mampu panen bawang di saat harga mahal, an suplai dari beberapa wilayah terganggu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten M Agus Tauchid mengatakan dari hasil program sekolah lapang tersebut mampu meningkatkan produktivitas bawang merah dari 7 ton dalam satu hektare menjadi 13,5 ton.
"Ini merupakan inisiatif yang dilakukan untuk mengatasi suplai agar tetap terjaga, kalau terganggu tentu akan berdampak terhadap inflasi," katanya.
Baca juga: Banten disebut jadi provinsi defisit produk holtikultura se-Pulau Jawa
Agus melanjutkan, bawang merah menjadi stabilitas yang penting, menjelang akhir tahun pihaknya sangat berupaya untuk menjaga inflasi agar terkendali.
Penerapan produksi bawang merah berkelanjutan ini juga hanya memerlukan waktu sekitar dua bulan setengah dari mulai proses penanaman hingga masa panen dengan kualitas yang bagus.
"Kami akan merancang setiap bulan agar terjadi panen dalam jangka panjang. Merancang melalui pola sekolah lapang, para kelompok ini akan diberdayakan dari aspek kelembagaannya, aspek teknisnya, dan yang tak kalah penting bagaimana petani mampu memanage sendiri," katanya.
Baca juga: BI Banten tarik minat petani milenial lewat modernisasi pertanian
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024