Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten melakukan terobosan dengan mengembangkan ubi jalar ungu guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga.
 
"Kita mengembangkan tanaman ubi jalar ungu di lahan seluas 5.000 meter persegi dengan produksi 4 ton," kata Nurjen (60) seorang petani warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Sabtu.
 
Pengembangan ubi jalar ungu yang kedua itu setelah tanam pertama bisa memanen dengan produksi 4 ton dan ditampung tengkulak Rp5.000 per kilogram sehingga menghasilkan pendapatan ekonomi Rp20 juta per musim depan waktu tiga bulan.
 
Selama ini, produksi ubi jalar ungu banyak permintaan pasar karena bisa dijadikan bahan baku makanan camilan oleh pelaku usaha, seperti keripik ubi, bolu ubi, onde-onde ubi, donat ubi dan lainnya.
 
Selain itu juga banyak konsumen membeli ubi jalar ungu untuk makanan alternatif sebagai pengganti beras bagi pasien diabetes melitus.
 
"Sangat menguntungkan mengembangkan ubi jalar, karena permintaan pasar cenderung tinggi dan harganya relatif baik," katanya menjelaskan.

Baca juga: Produksi ubi kayu di Lebak Januari-Juni 2024 tembus 3.453 ton
 
Nurdin (55) seorang petani di Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya dalam setahun ini sudah tiga kali panen dan hasilnya untuk memenuhi permintaan Pasar Rangkasbitung.
 
"Kami hanya mengembangkan ubi jalar di sawah tiga petak dan menghasilkan dua ton,," katanya menjelaskan.
 
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan produksi ubi jalar dari Januari sampai Agustus 2024 sebanyak 5.500 ton sehingga bisa memenuhi ketersediaan pangan lokal.
 
Bahkan, produksi ubi jalar dari petani Lebak dipasok keluar daerah, seperti Tangerang, dan Jakarta.
 
"Kami minta petani terus meningkatkan produksi ubi jalar ungu karena permintaan pasar cenderung meningkat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga," kata Deni.

Baca juga: Pada September, luas tanam padi di Lebak targetkan 5.451 Ha

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024