Masyarakat adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Banten, menggelar tradisi panen raya yang meliputi lima desa dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Muharram.
 
Kepala Desa Citorek Sabrang, Suwarta Atmawijaya, di Lebak, Senin, mengatakan kegiatan ini untuk adat Kasepuhan Wawangkon Citorek yang diadakan di Citorek Timur tempatnya di wilayah sawah tantu.
 
"Sawah tantu itu adalah sawah adat Wawangkon Citorek yang meliputi lima desa di antaranya Citorek Timur, Citorek Sabrang, Citorek Tengah, Citorek Barat, dan Citorek Kidul," katanya.
 
Tradisi panen raya ini dilakukan dalam satu tahun sekali dengan cara bergotong royong bersama masyarakat adat Kasepuhan Citorek. Setelah dilakukan etem atau panen maka padi akan dilantaikan atau dijemur selama 15 hari.

Baca juga: Petani kasepuhan adat di Cibeber Lebak panen raya padi lokal
 
Proses penjemuran juga dilakukan dengan cara menggantungkan padi dengan disusun rapih di atas batang bambu yang telah dibuat memanjang.
 
"Setelah 15 hari proses penjemuran, maka padi akan dikumpulkan semua dan dibawa ke lumbung adat kasepuhan yang disebut dengan ngarengkok oleh masyarakat adat," katanya.
 
Dari hasil panen ini nantinya padi akan disimpan dan dipergunakan untuk keperluan adat seperti seren taun dan kegiatan adat lainnya.
 
"Kalau sekali panen itu bisa menghasilkan 200 ikat padi, atau setara dengan 5 liter beras. Kalau luasan lahan sawahnya cukup luas ya persisnya saya kurang hafal," katanya.
 
Harapan untuk ke depannya masyarakat Wawangkon Citorek lebih giat dan lebih bersatu, karena adat kasepuan ini punya nama ikat. Dalam ikat itu adalah satu ikatan, satu tujuan, satu nama dan satu rasa.
 
"Jadi untuk ke depannya, harapan kita ini adat Kasepuan Citorek lebih giat, lebih maju dan lebih dipertahankan, karena ini adalah kegiatan turun-temurun dari nenek moyang kami," katanya.

Baca juga: Panen di Lebak Agustus-September 2024 seluas 20 ribu hektare

Pewarta: Desi Purnama Sari

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024