Petani di Kabupaten Lebak, Banten merasa bersyukur tanaman padi seluas puluhan hektare selamat dari ancaman puso atau gagal panen karena pasokan air terpenuhi sejak hujan dalam beberapa hari terakhir.
 
"Kami awalnya kebingungan, setelah tanaman padi berusia 25 hari terjadi kekeringan," kata Ketua Kelompok Tani Blok Sentral Rangkasbitung Ahmad di Rangkasbitung, Lebak, Minggu.

Menurut dia, tanaman pada seluas 20 hektare sebelumnya tumbuh kurang maksimal karena pengairan dari Bendungan Cijoro tidak berjalan. Beruntungnya, hujan mulai turun.

Jika hujan tidak turun, lanjut dia, peluang tanaman padi mati atau gagal panen cukup besar. Padahal biaya penggarapan dalam satu hektarenya bisa mencapai Rp10 juta. 
 
"Kami sangat terbantu dengan turunnya hujan sehingga sehingga kebutuhan air terpenuhi," Ahmad menambahkan.

Baca juga: Pemkab Pandeglang gencar lakukan percepatan tanam padi
 
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar membenarkan areal persawahan di Blok Sentral Rangkasbitung yang mengalami kekeringan karena masuk kategori sawah tadah hujan. 

Namun, beberapa upaya mulai dilakukan pemerintah yang salah satunya dengan menggulirkan program sumur bor di lokasi persawahan yang mengalami kekeringan, karena kondisinya tidak memiliki air permukaan sehingga tidak bisa dilakukan dengan pompanisasi.
 
"Kami berharap program sumur bor itu secepatnya direalisasikan sehingga areal persawahan yang kesulitan air bisa terpenuhi," katanya menjelaskan.

Baca juga: Tingkatkan luas tanam, Distan Banten optimalkan 338 unit irigasi pompa

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024