Pemerintah Kota Tangerang Banten menyiapkan rumah sakit (RS) rujukan untuk penanganan anak terindikasi stunting berdasarkan hasil skrining yang dilakukan.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinkes Kota Tangerang Mugiya Wardhany di Tangerang, Jumat, mengatakan anak - anak terindikasi stunting akan dirujuk ke RS rujukan yaitu RSUD Kota Tangerang.
Selain RSUD Kota Tangerang, Pemkot Tangerang juga menyiapkan RS rujukan lainnya, yaitu RS Hermina Periuk, RS Annisa, RS Primaya, RSUP Dr. Sitanala, dan RS Sari Asih Ciledug.
Sedangkan untuk balita yang masuk dalam kategori berat badan kurang atau gizi kurang ditangani dengan program pemberian makanan tambahan (PMT). "Ini juga akan dipantau setiap bulannya, apakah mengalami peningkatan atau tidak,” kata Mugi.
Baca juga: Skrining stunting di Kota Tangerang capai 100 persen
Sebelumnya program Gerakan Serentak untuk Anak Tangerang Sehat dan Cerdas (Gertak Tangkas) yaitu intervensi serentak pencegahan stunting melalui 1.097 posyandu di 104 kelurahan telah mencapai 100 persen dari target 77.020 balita.
Selanjutnya, Pemkot Tangerang melalui OPD terkait akan melakukan intervensi lanjutan untuk menuntaskan kasus stunting di daerah itu. "Dari jumlah balita yang diskiring serentak, sekitar lima persen di antaranya dinyatakan terindikasi stunting," ujarnya.
Pemkot Tangerang juga akan mencanangkan Dapur Dahsyat yaitu kolaborasi TP PKK Kota Tangerang, DP3AP2KB, kecamatan, dan kelurahan untuk mengolah makanan dan menyuplai PMT yang sesuai gizi untuk anak-anak terindikasi stunting di wilayah masing-masing.
Baca juga: Wali Kota: PKK mitra strategis tangani stunting di Tangerang
Pemkot Tangerang juga sedang menggagas program orang tua asuh penjagaan anak stunting, yaitu satu anak stunting mendapat satu orang tua asuh.
Program ini tidak terbatas pada ASN tapi juga masyarakat umum yang sekiranya berminat menjadi orang tua asuh bagi anak-anak stunting. "Regulasinya tengah kita kuatkan,” kata Mugi.
Penanganan stunting akan terus berkembang dengan segala inovasi. "Harapannya ialah tidak ada lagi anak-anak di Kota Tangerang yang terlambat dilakukan penanganan,” paparnya.
Tren prevalensi stunting pada balita di Kota Tangerang mengalami penurunan dari tahun 2018 di angka 19,1 persen menjadi 11,8 persen di tahun 2022.
Kenaikan terjadi pada tahun 2023 menjadi 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yaitu 24 persen dan nasional di angka 21,5 persen.
Baca juga: Pemprov Banten apresiasi Pemkot Tangerang terkait dengan penurunan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinkes Kota Tangerang Mugiya Wardhany di Tangerang, Jumat, mengatakan anak - anak terindikasi stunting akan dirujuk ke RS rujukan yaitu RSUD Kota Tangerang.
Selain RSUD Kota Tangerang, Pemkot Tangerang juga menyiapkan RS rujukan lainnya, yaitu RS Hermina Periuk, RS Annisa, RS Primaya, RSUP Dr. Sitanala, dan RS Sari Asih Ciledug.
Sedangkan untuk balita yang masuk dalam kategori berat badan kurang atau gizi kurang ditangani dengan program pemberian makanan tambahan (PMT). "Ini juga akan dipantau setiap bulannya, apakah mengalami peningkatan atau tidak,” kata Mugi.
Baca juga: Skrining stunting di Kota Tangerang capai 100 persen
Sebelumnya program Gerakan Serentak untuk Anak Tangerang Sehat dan Cerdas (Gertak Tangkas) yaitu intervensi serentak pencegahan stunting melalui 1.097 posyandu di 104 kelurahan telah mencapai 100 persen dari target 77.020 balita.
Selanjutnya, Pemkot Tangerang melalui OPD terkait akan melakukan intervensi lanjutan untuk menuntaskan kasus stunting di daerah itu. "Dari jumlah balita yang diskiring serentak, sekitar lima persen di antaranya dinyatakan terindikasi stunting," ujarnya.
Pemkot Tangerang juga akan mencanangkan Dapur Dahsyat yaitu kolaborasi TP PKK Kota Tangerang, DP3AP2KB, kecamatan, dan kelurahan untuk mengolah makanan dan menyuplai PMT yang sesuai gizi untuk anak-anak terindikasi stunting di wilayah masing-masing.
Baca juga: Wali Kota: PKK mitra strategis tangani stunting di Tangerang
Pemkot Tangerang juga sedang menggagas program orang tua asuh penjagaan anak stunting, yaitu satu anak stunting mendapat satu orang tua asuh.
Program ini tidak terbatas pada ASN tapi juga masyarakat umum yang sekiranya berminat menjadi orang tua asuh bagi anak-anak stunting. "Regulasinya tengah kita kuatkan,” kata Mugi.
Penanganan stunting akan terus berkembang dengan segala inovasi. "Harapannya ialah tidak ada lagi anak-anak di Kota Tangerang yang terlambat dilakukan penanganan,” paparnya.
Tren prevalensi stunting pada balita di Kota Tangerang mengalami penurunan dari tahun 2018 di angka 19,1 persen menjadi 11,8 persen di tahun 2022.
Kenaikan terjadi pada tahun 2023 menjadi 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yaitu 24 persen dan nasional di angka 21,5 persen.
Baca juga: Pemprov Banten apresiasi Pemkot Tangerang terkait dengan penurunan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024