Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengajak warga untuk menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah setempat.

"Bila dilakukan PSN maka jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti (penyebab DBD) mati dan tidak menularkan kasus DBD itu," kata Pelaksana Harian Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dr Budi Mulyanto di Rangkasbitung, Senin.

Pihaknya mencatat 1.184 kasus DBD dengan enam orang dilaporkan meninggal dunia, antara lain karena situasi cuaca yang terkadang berupa curah hujan tinggi namun kemudian berubah panas.

Ia menjelaskan cuaca seperti itu tentu berpotensi berkembang biak populasi nyamuk Aedes aegypti, sebagai penular DBD melalui gigitan.

Ia mengatakan gerakan PSN dengan 3M (Mengubur, Menguras, dan Menutup) barang-barang bekas, menaburkan bubuk larvasida di bak mandi yang terdapat genangan air di lingkungan rumah.

Baca juga: Kemenkes sebut gigitan nyamuk meningkat 2,5 kali lipat saat cuaca panas
 
Selama ini, katanya, PSN dinilai lebih murah dan efektif ketimbang mengobati penderita DBD, karena secara langsung dapat memutuskan mata rantai penyebaran kasus DBD.
 
Pihaknya menginstruksikan kepada seluruh petugas surveilans puskesmas untuk memantau dan mengendalikan vektor populasi nyamuk Aedes aegepty dengan melakukan kunjungan rumah warga.
 
Ia menyebut penyebaran DBD cukup mengkhawatirkan sehingga perlu dilakukan pencegahan agar tidak berkembang biak.
 
Berdasarkan laporan warga Kabupaten Lebak yang teridentifikasi positif DBD hingga 19 Maret 2024, tercatat 1.184 kasus dengan enam di antaranya meninggal dunia, tersebar di 42 puskesmas, meliputi Puskesmas Rangkasbitung 115 kasus dengan satu orang meninggal, Puskesmas Pajagan 91 kasus dengan dua orang meninggal, Puskesmas Maja 84 kasus, Puskesmas Mekarsari 72 kasus, Puskesmas Mandala 71 kasus dengan satu orang meninggal, dan Puskesmas Cihara 69 kasus.
 
Selain itu, Puskesmas Malingping 65 kasus, Puskesmas Gunungkencana 60 kasus, Puskesmas Banjarsari 48 kasus, Puskesmas Sajira 45 kasus, Puskesmas Kalanganyar 39 kasus, Puskesmas Cibadak 39 kasus, Puskesmas Bojongjuruh 35 kasus, Puskesmas Pamandegan 30 kasus, Puskesmas Warunggunung 27 kasus, Puskesmas Cimarga 27 kasus, Puskesmas Cibeber 26 kasus, Puskesmas Curugbitung 23 kasus, Puskesmas Kolelet 22 kasus dengan satu orang meninggal, Puskesmas Baros 22 kasus dengan satu orang meninggal, dan Puskesmas Binuangeun 21 kasus.

Baca juga: Dinkes Lebak catat 773 kasus DBD, empat di antaranya meninggal
 
Selain itu, Puskesmas Cipeundeuy 18 kasus, Puskesmas Cipanas 16 kasus, Puskesmas Muncang 15 kasus, Puskesmas Bayah 15 kasus, Puskesmas Sarageni 12 kasus, Puskesmas Cijaku 12 kasus, Puskesmas Cikulur 11 kasus, Puskesmas Gunungkendeng 10 kasus, Puskesmas Cileles delapan kasus, Puskesmas Panggarangan delapan kasus, Puskesmas Bojongmanik enam kasus, Puskesmas Cisimeut empat kasus, Puskesmas Cirinten empat kasus, Puskesmas Prabugantungan empat kasus, Puskesmas Lebakgedong tiga kasus, Puskesmas Sobang tiga kasus, Puskesmas Parungsari tiga kasus, Puskesmas Leuwidamar dua kasus, Puskesmas Cigemblong dua kasus, Puskesmas Cilograng dua kasus, dan Puskesmas Cisungsang satu kasus.
 
"Kami bekerja keras agar kasus DBD itu tidak menjadikan kasus kejadian luar biasa (KLB), sehingga pencegahannya melibatkan petugas kesehatan maupun komponen masyarakat," katanya.
 
Yati (40), warga Maja, Kabupaten Lebak mengatakan terpaksa melarikan anaknya ke RS Kartini Rangkasbitung untuk perawatan medis setelah diketahui positif DBD.
 
"Kami berharap anak pertamanya itu kembali sembuh setelah dilakukan perawatan medis itu," kata dia.

Baca juga: Dinkes Kota Tangerang ajak masyarakat ikut gerakan satu rumah satu jumantik

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024