Masyarakat miskin di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, rela berjalan kaki menembus hutan dan perkebunan sawit serta melintasi jembatan gantung demi menjemput beras bantuan Pemerintah.

Mereka berjalan kaki menempuh perjalanan sejauh 5--7  kilometer ke lokasi sebagai titik penyaluran program pangan yang digulirkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dengan kolaborasi bersama PT Pos Indonesia dan Perum Bulog.

Pendistribusian pangan itu berupa beras masing-masing sebanyak 10 kilogram bagi keluarga penerima manfaat (KPM).

Meski terlihat jauh, bagi mereka berjalan kaki sejauh itu sudah biasa. Bahkan perjalanan ini terasa menyenangkan karena mereka akan membawa pulang beras 10 kg.

Apalagi, selama sepekan terakhir ini cuaca hanya berawan sehingga perjalanan lancar dan tidak ada ketakutan digigit ular berbisa.

Baca juga: Warga miskin di Lebak terima bantuan beras 10 kilogram dari Bapanas

Biasanya, pada musim hujan, populasi ular tanah yang mematikan itu, keluar dari hutan hingga ke badan jalan setapak yang dilintasi masyarakat.

"Kami tetap semangat berjalan kaki hingga 5 kilometer, meski harus menebus hutan dan perkebunan kelapa sawit karena kami akan mendapat beras 10 kilogram," kata Arsym, (50) warga Kabupaten Lebak.

Program bantuan pangan yang digulirkan Pemerintah tersebut memang membantu masyarakat kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan akan beras.

Masyarakat miskin di Desa Peundeuy, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, dilanda kekeringan akibat kemarau panjang atau La Nino. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan beras.

Oleh karena itu, bantuan pangan ini bisa memenuhi konsumsi beras keluarga.

Baca juga: Keluarga risiko stunting di Lebak terima bantuan telur
 

Mereka setiap bulan menerima bantuan beras sebanyak 10 kilogram sehingga keluarga di sini tidak mengalami kelaparan.

"Kami beruntung menerima bantuan beras sejak Juli hingga Desember 2023 sehingga mencukupi kebutuhan pangan keluarga selama 4 pekan ke depan dengan satu anak dan isteri," kata Arsym, buruh tani.

Penghasilan buruh tani memang tidak menentu. Kadang dapat uang jika ada yang mempekerjakan, namun sebaliknya jika tidak ada yang menyuruh, dipastikan tidak memiliki uang.

Oleh karena itu, ia bersyukur bisa menerima bantuan beras itu sehingga anggota keluarga setiap hari bisa makan nasi.

Baca juga: Pemkab Lebak komitmen entaskan kemiskinan ekstrem pada2024

Penerima bantuan beras lainnya, Aminah (45), warga Kalanganyar, Kabupaten Lebak, mengaku berjalan kaki dan harus melintasi jembatan gantung Sungai Ciberang sepanjang 85 meter.

Perlintasan jembatan gantung itu kondisinya ada yang bolong-bolong, namun karena ini merupakan akses terdekat menghubungkan antara Kampung Parungpanjang-Sebagi, maka warga tetap memanfaatkan titian itu.

Masyarakat penerima bantuan melintasi jembatan gantung itu karena lokasinya lebih dekat dengan titik distribusi pembagian beras yang dipusatkan di Desa Sangiang Tanjung.

Oleh karena itu, pelintas jembatan harus hati-hati agar bisa menyeberang dengan selamat. Apa pun kondisinya, penerima bantuan beras 10 kg tersebut tetap bersyukur.

"Kami menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan pangan yang digulirkan pemerintah sehingga konsumsi pangan keluarga tetap terpenuhi," kata Aminah, ibu dua anak itu.

Baca juga: Pemkab Lebak targetkan kunjungan akhir tahun tembus 100 ribu wisatawan
 

Keluarga kurang mampu di Kabupaten Lebak merasa senang menerima bantuan pangan tersebut karena secara langsung dapat mengurangi beban ekonomi mereka.

Apalagi, saat ini harga pangan masih relatif tinggi akibat kemarau panjang sehingga daya beli keluarga menjadi menurun.

"Kami  lega dan senang setelah 4 jam mengantre, akhirnya kami menerima beras itu," kata Emak Atik (78), warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak

Beras bantuan memastikan tidak ada satu keluarga yang kelaparan karena kebutuhan pokok mereka terpenuhi. Kegembiraan kian bertambah karena beras yang diterima mereka berkualitas bagus.

Baca juga: Pertanian ladang warga Badui mulai tumbuh subur

Berkat bantuan beras Pemerintah, Emak Atik yang hidup bersama satu cucu itu bisa memenuhi konsumsi pangan.

Selama 7 bulan ia mengaku menerima bantuan beras sebanyak 10 kilogram/bulan dari program Bapanas dan sebelumnya program Bantuan Non Pangan Tunai (BNPT) yang digulirkan Kementerian Sosial.

Oleh karena itu, bantuan program sosial untuk masyarakat miskin dapat terpenuhi ketersediaan pangan keluarga.

"Kami sudah tidak bisa bekerja karena usia lanjut, namun dengan bantuan beras itu kami bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga," kata Atik, yang berjalan kaki sejauh 2 km dari rumah ke titik pembagian beras.

Baca juga: 13.876 keluarga risiko stunting di Lebak terima telur dan daging ayam

Kepala Bidang Distribusi dan Sumberdaya Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak Benu Dwiyana mengatakan pihaknya menjamin pendistribusian beras program bantuan pangan untuk 151.961 KPM.

Semua beras yang dibagikan dijamin layak dikonsumsi karena sebelumnya dilakukan pemeriksaan dan pengecekan dengan melibatkan petugas dari Bulog, Kantor Pos Rangkasbitung, dan kepolisian setempat.

Penyaluran bantuan pangan tersebut diharapkan dapat mengendalikan harga beras di pasaran karena saat ini harga beras jenis medium cukup mencapai Rp12.500 sampai Rp13.500/kg. Adapun harga beras premium antara Rp14.000 sampai Rp15.000/kg.

Karena itu, program bantuan pangan itu dapat meringankan beban ekonomi warga miskin sekaligus mengendalikan harga beras di pasaran.

"Kami sampai saat ini belum menerima laporan adanya keluarga miskin yang mengalami rawan pangan. Beras bantuan ini memastikan seluruh masyarakat Lebak bisa memenuhi kebutuhan makanan pokok," katanya.

Kepala Cabang Perum Bulog Divre Lebak-Pandeglang Umar Said mengatakan pihaknya secara serentak menyalurkan bantuan pangan untuk keluarga miskin.Untuk Desember ini, sebanyak 2.758.510 kg dibagikan untuk keluarga miskin di Kabupaten Lebak.

Bulog juga menjamin ketersediaan pangan masyarakat hingga akhir 2023.

Baca juga: Angka prevalensi stunting di Banten menurun

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023