Pemerintah terus memperkuat kerja sama dengan negara-negara Asia untuk tidak bertransaksi menggunakan dolar Amerika Serikat ketika melakukan proses ekspor-impor. 

Berdasarkan catatan, penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) mencapai 94 persen dalam bertransaksi ekspor.

"Indonesia telah bekerja sama dengan Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan untuk mendorong transaksi perdagangan dan investasi dengan mata uang lokal masing-masing negara," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam keterangan resmi yang diterima media, Minggu.

Baca juga: Banten masuk lima besar daerah favorit investasi

Menurut Destry, transaksi menggunakan mata uang lokal masing-masing negara termasuk dalam transaksi bilateral atau local currency transaction (LCT). Kerja sama ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dollar AS.

"Transaksi perdagangan kita dengan AS, ekspor kita hanya 9,7 persen ke AS, sedangkan impor 5 persen. Tapi penggunaan mata uang dolar AS dari total ekspor 94 persen, sementara dari total impor 80 persen," paparnya.

Hal tersebut menyebabkan Indonesia sangat tergantung terhadap dolar AS. Untuk mengurangi ketergantungan itu, akhirnya BI bersama bank sentral dari Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan menjajaki kerja sama LCT.

"Kita saling berusaha bertahap bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Ini sangat bermanfaat khususnya untuk memperdalam pasar keuangan," ujarnya.

Baca juga: BI Banten sebut tahun politik dorong pertumbuhan ekonomi

Lebih lanjut, pelaku usaha dapat memanfaatkan kerja sama ini untuk mengurangi biaya transaksi dan eksposur terhadap risiko nilai tukar dalam melakukan transaksi bilateral antar negara, antara lain melalui penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung antara mata uang.

Penggunaan mata uang lokal masing-masing negara yang lebih luas untuk transaksi bilateral pada akhirnya akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan, serta memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara.

"Ketika terjadi guncangan terkait nilai tukar mata uang dollar AS, perekonomian Indonesia akan terdampak. Tingkat kerentanan dan volatilisasi ini yang perlu diantisipasi dan coba dikurangi," tegasnya.

Baca juga: BI Banten dorong kemajuan pariwisata Banten tumbuh dan berkembang

Pewarta: Susmiatun Hayati

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023