Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang melalui Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik (Diskominfosatik) menggandeng Kelompok Informasi Masyarakat atau KIM yang tersebar di 29 kecamatan untuk menurunkan angka stunting di wilayah itu.
Hal itu terungkap pada acara Pembinaan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang bertemakan ’Turunkan Stunting melalui Pemberdayaan Peran KIM’ di Gedung D Universitas Primagraha (UPG) Cinanggung Kota Serang, Banten, Kamis.
Pembinaan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) tersebut merupakan kolaborasi antara Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfo SP) Provinsi Banten dan Diskominfosatik Kabupaten Serang.
Kepala Diskominfosatik Kabupaten Serang Haerofiatna mengatakan peran KIM sejak dulu sangat dibutuhkan pro aktifnya, karena kunci KIM adalah informasi di masyarakat yang paling bawah dibandingkan dengan media sosial (medsos) yang ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Serang. Sehingga KIM diperlukan sampai Diskominfosatik memberikan stimulan yaitu bantuan.
”Tujuannya untuk membantu seperti halnya kondisi stunting yang ada di Kabupaten Serang, agar semua masyarakat dan pejabat publik tahu dimana lokasi-lokasi stunting, agar titik sasarannya tepat untuk disiasati dan dicarikan solusi,” dalam keterangan resminya.
Baca juga: Seruan Kemenkes cegah stunting lewat protein hewani dinilai tepat
Meski belum maksimal, Haerofiatna memastikan ada beberapa KIM yang sudah berjalan dalam melaksanakan tupoksinya yakni di Kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel.
”Kepedulian masyarakat tentang KIM belum menguasai, belum tahu dampaknya seperti apa. Padahal, KIM ini luar biasa dampaknya untuk masyarakat Kabupaten Serang,” katanya menambahkan.
Kepala Pelaksana Tugas (Plt) Diskominfo SP Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan kegiatan yang dilaksanakan merupakan kewajiban semua pihak, terutama diharapkan kepada kelompok informasi masyarakat yang terbentuk agar bisa menyampaikan informasi khususnya terkait stunting.
”Minimal mereka mengenal apa itu stunting, kemudian bagaimana melihat gejala atau ciri-ciri stunting, berapa jumlah objek atau penderita stunting atau gizi buruk, kemudian tahu upaya penanganannya seperti apa,” katanya.
Meski begitu, menurut Nana upaya tersebut tidak bisa dilakukan sekaligus namun harus secara bertahap.
”Ini perlu kerjasama, jadi kami harapkan peran penting dari KIM salah satunya itu bisa menyampaikan kepada masyarakat khususnya tentang stunting, kita fokus pada stunting,” ujarnya.
Baca juga: Perbaikan gizi cegah stunting, Bapanas bantu pangan di Lebak
Kabid Pengelolaan Informasi dan Kemitraan Komunikasi pada Diskominfo SP Banten Akhmad Subhan Syafaat berpesan kepada para anggota KIM se Kabupaten Serang agar bisa menyampaikan informasi yang valid terkait stunting.
”Harus menyampaikan informasi yang benar dan tangkal informasi hoaks. Koordinasikan dengan pihak terkait jika ditemukan ada anak dengan ciri mengalami stunting,” ujarnya.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2019 angka stunting di Kabupaten Serang 39,43 persen, pada 2021 turun sebanyak 12,23 persen, dan tahun 2022 menurun di angka 0,8 persen.
Berdasarkan data angka prevalensi stunting Kabupaten Serang pada tahun 2021 mencapai 27,2 persen dan tahun 2022 menjadi 26,4 persen atau turun 0,8 persen dan di tahun 2023 ini menargetkan turun menjadi 18 persen, kemudian tahun 2024 bisa mencapai target nasional yakni 14 persen.
Baca juga: Pemkab Lebak Banten siapkan generasi unggul dengan hilangkan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Hal itu terungkap pada acara Pembinaan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang bertemakan ’Turunkan Stunting melalui Pemberdayaan Peran KIM’ di Gedung D Universitas Primagraha (UPG) Cinanggung Kota Serang, Banten, Kamis.
Pembinaan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) tersebut merupakan kolaborasi antara Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfo SP) Provinsi Banten dan Diskominfosatik Kabupaten Serang.
Kepala Diskominfosatik Kabupaten Serang Haerofiatna mengatakan peran KIM sejak dulu sangat dibutuhkan pro aktifnya, karena kunci KIM adalah informasi di masyarakat yang paling bawah dibandingkan dengan media sosial (medsos) yang ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Serang. Sehingga KIM diperlukan sampai Diskominfosatik memberikan stimulan yaitu bantuan.
”Tujuannya untuk membantu seperti halnya kondisi stunting yang ada di Kabupaten Serang, agar semua masyarakat dan pejabat publik tahu dimana lokasi-lokasi stunting, agar titik sasarannya tepat untuk disiasati dan dicarikan solusi,” dalam keterangan resminya.
Baca juga: Seruan Kemenkes cegah stunting lewat protein hewani dinilai tepat
Meski belum maksimal, Haerofiatna memastikan ada beberapa KIM yang sudah berjalan dalam melaksanakan tupoksinya yakni di Kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel.
”Kepedulian masyarakat tentang KIM belum menguasai, belum tahu dampaknya seperti apa. Padahal, KIM ini luar biasa dampaknya untuk masyarakat Kabupaten Serang,” katanya menambahkan.
Kepala Pelaksana Tugas (Plt) Diskominfo SP Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan kegiatan yang dilaksanakan merupakan kewajiban semua pihak, terutama diharapkan kepada kelompok informasi masyarakat yang terbentuk agar bisa menyampaikan informasi khususnya terkait stunting.
”Minimal mereka mengenal apa itu stunting, kemudian bagaimana melihat gejala atau ciri-ciri stunting, berapa jumlah objek atau penderita stunting atau gizi buruk, kemudian tahu upaya penanganannya seperti apa,” katanya.
Meski begitu, menurut Nana upaya tersebut tidak bisa dilakukan sekaligus namun harus secara bertahap.
”Ini perlu kerjasama, jadi kami harapkan peran penting dari KIM salah satunya itu bisa menyampaikan kepada masyarakat khususnya tentang stunting, kita fokus pada stunting,” ujarnya.
Baca juga: Perbaikan gizi cegah stunting, Bapanas bantu pangan di Lebak
Kabid Pengelolaan Informasi dan Kemitraan Komunikasi pada Diskominfo SP Banten Akhmad Subhan Syafaat berpesan kepada para anggota KIM se Kabupaten Serang agar bisa menyampaikan informasi yang valid terkait stunting.
”Harus menyampaikan informasi yang benar dan tangkal informasi hoaks. Koordinasikan dengan pihak terkait jika ditemukan ada anak dengan ciri mengalami stunting,” ujarnya.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2019 angka stunting di Kabupaten Serang 39,43 persen, pada 2021 turun sebanyak 12,23 persen, dan tahun 2022 menurun di angka 0,8 persen.
Berdasarkan data angka prevalensi stunting Kabupaten Serang pada tahun 2021 mencapai 27,2 persen dan tahun 2022 menjadi 26,4 persen atau turun 0,8 persen dan di tahun 2023 ini menargetkan turun menjadi 18 persen, kemudian tahun 2024 bisa mencapai target nasional yakni 14 persen.
Baca juga: Pemkab Lebak Banten siapkan generasi unggul dengan hilangkan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023