Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna), yang sejak awal fokus pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terus memberikan dukungan pembiayaan kepada pelaku UMKM. 

Salah satunya contoh nyata keberpihakan adalah pertumbuhan bisnis rintisan yang dialami Asep Jaenudin, anggota KSP Sahabat Mitra Sejati, dari usaha tahu skala rumahan menjadi pabrik tahu dengan omset ratusan juta per bulan.

Perkenalan Asep dengan Bank Sampoerna dimulai pada 2017, ketika KSP Sahabat Mitra Sejati,  adalah mitra strategis Bank Sampoerna menawarkan pinjaman kepada Asep. 

Baca juga: Menyesap manisnya tetesan gula aren di Lebak Banten

Saat itu, Asep sedang merintis usaha tahun skala rumahan, dengan modal yang dikumpulkan sebagai supir angkutan umum.

Pengakuan tersebut disampaikan Asep di hadapan Corporate Communication & Investor Relation Head Bank Sampoerna Ridy Sudarma, pada saat kunjungannya ke pabrik tahu milik Asep di bilangan Kalideres, Jakarta Barat, pada Senin (26/6/2023).

“Mengawali usaha ini, saya dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang diawali dengan berpisah dengan mitra kerja saya, lalu mencari karyawan yang dapat sejalan dengan visi misi usaha, kemudian dari sisi modal usaha juga. Namun, untuk menyiasati ini saya memulai dengan mengajukan pinjaman Kredit Tanpa Agunan (KTA) dari berbagai bank swasta di Jakarta hingga akhirnya menjadi mitra Bank Sampoerna melalui KSP Sahabat Mitra Sejati,” ujar dia.

Asep mengungkapkan, pinjaman dari Bank Sampoerna mayoritas digunakan untuk memperkuat aset dan sedikit untuk modal usaha. Aset tersebut digunakan kembali menambah modal, yang pada akhirnya diputar kembali untuk merintis usaha-usaha lainnya. 

Dengan strategi tersebut, selain  sudah memiliki pabrik tahu rumahan, Asep juga mendirikan Yayasan Ami Al Baasith Tadaquh, yang mengelola sebuah panti pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), warung kelontong, mess karyawan, dan usaha ternak sapi. 

Baca juga: Idepreneurs Banten dorong tumbuhnya wirausaha muda kreatif

Dari pengakuannya, omset penjualan dari pabrik tahu kini sudah mencapai Rp500 - 600 juta per bulan, dengan total produksi 7 - 8 kuintal per hari. 

Dengan dua merek dagang utama, tahu AL dan FHL, Asep mendistribusikan produk tahu tersebut ke hampir seluruh wilayah di Jakarta Barat. Sementara itu, jenis tahu yang dihasilkan, antara lain tahu putih, tahu kuning, dan tahu pong.

“Modal utama dalam mengembangkan usaha ini adalah keberanian. Itu yang membedakan saya dengan usaha tahu rumahan lainnya. Saya berani pinjam ke bank dan berkomitmen untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Dengan komitmen itu, saya akhirnya dipercaya perbankan, mulai dari pinjaman skala kecil, hingga sekarang miliar rupiah,” katanya.

Ridy Sudarma mengatakan, pihaknya sangat bangga dengan kemajuan yang dialami Asep hingga mampu melakukan ekspansi usaha dari awalnya usaha tahu rumahan. 

Baca juga: Idepreneurs Banten dorong tumbuhnya wirausaha muda kreatif

Dengan perjalanan yang panjang dan riwayat jatuh bangun, saling percaya antara bank, mitra strategis, dan anggotanya menjadi kunci dari keberhasilan Bank Sampoerna mengantarkan pelaku UMKM seperti Asep untuk berkembang dan bertumbuh.

“Kami sangat terkesan dengan perjuangan Pak Asep. Dia termasuk pelaku usaha yang pandai dalam mengatur dan mengelola keuangan, dengan mengoptimalkan aset, pinjaman, dan arus kas dari berbagai usaha yang dimiliki. Apalagi, dengan adanya pabrik tahu ini, Asep dapat menghidupi sekitar 20-30 karyawan dan mata rantai usaha lainnya,” katanya.

Asep menambahkan, pihaknya tidak akan pernah melupakan kontribusi Bank Sampoerna terhadap perkembangan usahanya. “Bank Sampoerna adalah sahabat lama yang akan terus menjadi mitra bagi usaha kami,” tegas dia.

Baca juga: Penciptaan lapangan kerja disebut jadi solusi penghapusan kemiskinan ekstrem

Pewarta: Ahmad Irfan

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023