Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menggelar seminar yang bertemakan "Patahkan Stigma, Perjuangkan Keadilan" untuk mengajak masyarakat luas agar sadar dan mawas terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Masih diperlukan edukasi serta peningkatan kepedulian bagi masyarakat luas supaya dapat memahami ODGJ lebih dalam dan memahami permasalahannya dengan lebih bijak,” kata pengurus Panti Rehabilitasi Pelita Jiwa, Jogi A. Simanullang S.Th, Rabu (23/5). 

Jogi menjelaskan, pihaknya sudah membina atau bersentuhan dengan pasien ODGJ dari 2005. Hingga saat ini ada 47 pasien ODGJ yang berasal dari Pekanbaru, Palembang, Kalimantan, dan selebihnya dari pulau Jawa ditampung dan dibina di panti tersebut. 

Lebih lanjut ia menjelaskan adanya stigma negatif menyebabkan masyarakat menjauhkan diri dari mereka, sehingga mereka semakin terpojok dan tidak diperhatikan. 

Untuk mengubah stigma tersebut, kata Jogi, dapat dimulai dari hal kecil yakni tidak perlu menjauhi mereka namun berteman seperti biasa.  

“Berbicaralah kepada mereka seperti biasa, tidak perlu ditakuti atau merasa jijik. Kemudian, berpikirlah nasib mereka adalah nasib kita, selama 18 tahun saya bekerja tidak ada dari mereka satupun yang memukul saya, selain bantuan dari profesional harus ada rasa peduli dan dukungan dari keluarga,” ujarnya.

Ia mengemukakan, terdapat lima faktor yang menentukkan seseorang dapat menjadi ODGJ. Mulai dari faktor genetik, salah didik dari orang tua, kemudian karena faktor kaget terhadap trauma hidup, dan faktor okultisme, serta faktor penggunaan narkoba.

“Halusinasi juga sudah masuk di dalam tingkat ODGJ. Bila tidak dibina lebih lanjut, kondisi mereka akan semakin parah. Perlu diingat bahwa, nasib sesama adalah nasib bersama,” ungkapnya.

ODGJ kerap kali membuat permasalahan mulai dari memukul orang tuanya, memecahkan jendela. Karena orang yang terindikasi ODGJ tidak dapat memahami apa yang mereka lakukan, ada dari mereka yang bisa tertawa lalu kemudian bisa langsung marah, sehingga emosi mereka tidak dapat diprediksi.

Ia menegaskan, jika masyarakat yang memiliki kerabat ataupun keluarga ODGJ agar dapat menjauhi stigma negatif, jangan malu apalagi disembunyikan. Apabila tidak bisa diurus di rumah carilah tempat untuk ditindak lanjuti agar cepat pulih. 

“Melihat mereka begitu prihatin karena memecahkan kaca tetangga, kekerasan, dan yang lainnya.  saya memutuskan untuk pelayanan teman-teman ODGJ atau saya biasa memanggil mereka dengan sebutan Schizophrenia,” tutupnya.







 

Pewarta: Daud Jhon/Sintia Dini Lestari/Alfifi

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023