Ikatan Alumni Sudan (IAS) di Indonesia mendorong Pemerintah Indonesia agar segera mengambil langkah yang tepat untuk mengevakuasi WNI di Sudan yang kini tengah dilanda perang saudara, sebagai bagian dari kewajiban negara memberikan perlindungan dan keselamatan kepada seluruh warga negaranya.
       
Keterangan pers Ketua Umum IAS di Indonesia Dr. Faisal Hendra, Lc,. M.A di Jakarta, Rabu (19/4/2023) menyebutkan, saat ini konflik bersenjata antara Angkatan Bersenjata Sudan dengan milisi paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terus meningkat dan memakan banyak korban sipil serta bisa mengancam keamanan WNI yang berjumlah 1.200 orang di negara itu. 
       
Faisal mengemukakan, keluarga besar IAS di Indonesia menyampaikan rasa sedih dan duka yang mendalam atas kondisi yang dirasakan oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Sudan, atas kondisi keamanan yang dihadapi.
       
Dalam kaitan itu, Ketua Umum IAS mengharapkan Kementerian Luar Negeri RI dapat meningkatkan seluruh upaya diplomasi dan komunikasi dengan Pemerintah Sudan dan seluruh pihak demi tercapainya jaminan keamanan bagi seluruh WNI di Sudan serta terbukanya jalan untuk melakukan evakuasi secepat mungkin.
      
Ia juga mengemukakan, kondisi politik dan keamanan dalam negeri Sudan belakangan ini menimbulkan kekuatiran yang mendalam bagi seluruh anggota IAS di Indonesia atas apa yang dirasakan oleh para mahasiswa yang saat ini tengah menuntut ilmu di Sudan. 
       
Kampus yang dijaga ketat oleh militer, para mahasiswa yang dilarang keluar kampus atau keluar rumah, sulitnya mencari makanan pokok, dan desingan peluru antar pihak yang berkonflik sangat mengkhawatirkan para mahasiswa dan segenap WNI di Sudan. 
       
Disebutkan, IAS di Indonesia merasa terpanggil untuk dapat menyampaikan harapan dan permohonan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan pihak terkait di Sudan agar segenap WNI di negara itu berada dalam keadaan aman.
       
Ketua Umum IAS di Indonesia lebih lanjut menghimbau kepada seluruh mahasiswa Indonesia di Sudan untuk menjaga diri masing-masing dengan  mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku di Universitas tempat mereka belajar dan membangun komunikasi maksimal dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, Sudan.
      
Ia juga menghimbau seluruh mahasiswa Indonesia di Sudan untuk bisa menahan diri dan tidak melakukan hal-hal yang bukan bagian dari pekerjaan intinya sebagai mahasiswa serta tidak berpihak pada kelompok manapun yang  bertikai, karena apa yang terjadi di Sudan adalah urusan dalam negeri Sudan dan tidak ada kaitannya dengan aktifitas mahasiswa.
      
 Terkait terjadinya perang saudara di Sudan, Jamaah Muslimin (Hizbullah) yang berbasis di Kabupaten Bogor Jawa Barat menyesalkan terjadinya perang saudara sesama anak bangsa di Sudan, justru di saat umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
       
“Kami menyerukan agar pihak-pihak yang saling bertikai untuk menahan diri dan secepatnya menghentikan perang saudara yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari kedua pihak,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Majelis Ukhuwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
       
Pada kesempatan terpisah, KBRI di Khartoum Sudan menghimbau dan meminta kepada seluruh WNI yang bermukim di Sudan untuk tetap tenang dan senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian.
       
WNI di Sudan juga dihimbau untuk tidak keluar rumah atau tempat tinggal serta menjauhi jendela, selain juga tetap menjaga komunikasi antar sesama WNI serta melaporkan hal-hal yang terjadi di sekitarnya kepada KBRI. 
       
Sementara itu Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban bentrokan antara angkatan bersenjata atau tentara Sudan dan paramiliter RSF di Kota Khartoum. 
       
“Hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban peristiwa dimaksud,” kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha dalam keterangannya baru-baru ini. 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023