Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syekh Yusuf, Dr. Asep Ferry Bastian meluncurkan buku pertamanya dengan tema marketing politik yang berisi hasil disertasi doktor ilmu marketing di Universitas Brawijaya Malang dan catatan sebagai ketua tim Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah memenangi Pilkada Kota Tangerang selama tiga periode.
Dr. Asep mengatakan dari hasil disertasi yang dilakukan, diperoleh dua temuan baru yakni persepsi nilai dan positioning dengan menggunakan teori Niffenegger yang melahirkan produk politik, promosi politik, harga politik dan tempat politik.
Untuk persepsi nilai, kandidat harus memiliki keunggulan seperti daya saing, atribut politik, kualitas figur serta brand name. Sedangkan untuk positioning maka kandidat harus memiliki keunikan, ciri khas, perbedaan dari kandidat lain, karakter dinamis, inovasi.
"Jika kedua persepsi tersebut dimiliki maka akan berdampak positif kepada kandidat dan menghasilkan keputusan yang baik juga yakni bagi pemilih," kata Dr. Asep yang kini sedang menempuh S3 di Universiti Teknikal Malaysia (UTeM) Melaka dan Universitas Nasional Jakarta.
Ditambahkannya untuk persepsi nilai bagi kandidat adalah ketika seseorang melihat figur tersebut maka sudah mengenalinya dari segi kemampuan dan atribut yang melekat.
"Misalnya saja ketika seseorang melihat Pak Jokowi, maka orang sudah bisa menyimpulkan sosoknya seperti apa. Begitu juga dengan yang terjadi pada Pak Arief (Wali Kota Tangerang, red). Maka sudah bisa mengenali karakternya," kata dia.
Ia menjelaskan jika hasil disertasi ini disajikan dalam tulisan yang mudah dicerna dan kalimat yang populer. Hal ini dilakukan agar tak memberatkan pembaca sehingga penyajiannya lebih dinamis.
Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia terdiri dari delapan bab. Bab pertama berisi pedahuluan, bab kedua terkait dinamika politik seperti sejarah politik Indonesia, bab ketiga perihal seluk beluk pemasaran, bab keempat membedah pemasaran politik, bab kelima memasarkan kandidat politik, bab keenam mengenai lingkaran dalam dan jaringan kandidat, bab ketujuh mengenai memulai langkah kemenangan dan bab kedelapan terkait dinamika meraih kemenangan.
"Untuk ulasan pilkada dibahas mengenai pengalaman praktik pilkada 2008, 2013 dan 2018. Ada juga mengenai Pilgub Banten 2017 namun tak membahas kandidat secara spesifik tetapi persepsi pemilihan terhadap keputusan untuk memilih," ujarnya.
Sementara itu Peneliti Pusat Riset Politik BRIN, Prof Dr Lili Romli dalam kalimat pengantar pada buku ini mengatakan political marketing di Indonesia tumbuh subur menjadi praksis ketika pemilu digelar secara langsung.
"Dampaknya adalah kandidat mau tidak mau menjaring massa. Untuk menjaring massa yang memilihnya itu adalah yang pertama dilakukan melakukan riset-riset politik termasuk polling serta marketing politik. Ini dua-duanya saling berhubungan satu sama lainnya," katanya dalam keterangannya.
Sementara itu Founder & CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan jika demokrasi Indonesia paling mahal jika dibandingkan negara lain namun bisa diefesiensi dengan political marketing.
"Political marketing bisa memulai kerjanya dengan riset-riset, termasuk di dalamnya persepsi opini publik. Marketing politik itu sebetulnya lebih konsen kepada apa yang pemilih inginkan," katanya.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menyampaikan apresiasi kepada Dr. Asep Ferry Bastian yang berhasil meluncurkan buku pertamanya berjudul "Strategi Marketing Mix Politik dalam pemenangan Pilkada Suatu pendekatan praktik dan akademik".
Ia mengatakan buku ini menjadi spesial baginya karena mencatat sejarah perjalanan politik sejak awal mencalonkan sebagai Wakil Wali Kota Tangerang hingga terpilih sebagai Wali Kota Tangerang dua periode.
Bahkan pada Pilkada tahun 2018, dirinya yang ketika itu mencalonkan diri sebagai Wali Kota dan berpasangan dengan Sachrudin sebagai Wakil Wali Kota, hampir gagal jelang pengambilan nomor urut. Namun dengan berbagai upaya melalui gugatan, dirinya kembali masuk dalam daftar peserta dan memenangi Pilkada 2018.
"Buku ini mencatat juga sejarah mengenai perjalanan politik saya dan kami sampaikan apresiasi kepada Kang Asep yang sudah menuliskannya dan jadi bagian sejarah penting dalam perjalanan kota ini kedepan," kata dia.
Dirinya berharap buku ini dapat diterima masyarakat dan memberikan pelajaran politik kedepannya. Sebab dinamika politik setiap daerah itu berbeda dan memiliki ciri sendiri. "Buku ini memberikan banyak edukasi politik bagi kita semua," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
Dr. Asep mengatakan dari hasil disertasi yang dilakukan, diperoleh dua temuan baru yakni persepsi nilai dan positioning dengan menggunakan teori Niffenegger yang melahirkan produk politik, promosi politik, harga politik dan tempat politik.
Untuk persepsi nilai, kandidat harus memiliki keunggulan seperti daya saing, atribut politik, kualitas figur serta brand name. Sedangkan untuk positioning maka kandidat harus memiliki keunikan, ciri khas, perbedaan dari kandidat lain, karakter dinamis, inovasi.
"Jika kedua persepsi tersebut dimiliki maka akan berdampak positif kepada kandidat dan menghasilkan keputusan yang baik juga yakni bagi pemilih," kata Dr. Asep yang kini sedang menempuh S3 di Universiti Teknikal Malaysia (UTeM) Melaka dan Universitas Nasional Jakarta.
Ditambahkannya untuk persepsi nilai bagi kandidat adalah ketika seseorang melihat figur tersebut maka sudah mengenalinya dari segi kemampuan dan atribut yang melekat.
"Misalnya saja ketika seseorang melihat Pak Jokowi, maka orang sudah bisa menyimpulkan sosoknya seperti apa. Begitu juga dengan yang terjadi pada Pak Arief (Wali Kota Tangerang, red). Maka sudah bisa mengenali karakternya," kata dia.
Ia menjelaskan jika hasil disertasi ini disajikan dalam tulisan yang mudah dicerna dan kalimat yang populer. Hal ini dilakukan agar tak memberatkan pembaca sehingga penyajiannya lebih dinamis.
Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia terdiri dari delapan bab. Bab pertama berisi pedahuluan, bab kedua terkait dinamika politik seperti sejarah politik Indonesia, bab ketiga perihal seluk beluk pemasaran, bab keempat membedah pemasaran politik, bab kelima memasarkan kandidat politik, bab keenam mengenai lingkaran dalam dan jaringan kandidat, bab ketujuh mengenai memulai langkah kemenangan dan bab kedelapan terkait dinamika meraih kemenangan.
"Untuk ulasan pilkada dibahas mengenai pengalaman praktik pilkada 2008, 2013 dan 2018. Ada juga mengenai Pilgub Banten 2017 namun tak membahas kandidat secara spesifik tetapi persepsi pemilihan terhadap keputusan untuk memilih," ujarnya.
Sementara itu Peneliti Pusat Riset Politik BRIN, Prof Dr Lili Romli dalam kalimat pengantar pada buku ini mengatakan political marketing di Indonesia tumbuh subur menjadi praksis ketika pemilu digelar secara langsung.
"Dampaknya adalah kandidat mau tidak mau menjaring massa. Untuk menjaring massa yang memilihnya itu adalah yang pertama dilakukan melakukan riset-riset politik termasuk polling serta marketing politik. Ini dua-duanya saling berhubungan satu sama lainnya," katanya dalam keterangannya.
Sementara itu Founder & CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan jika demokrasi Indonesia paling mahal jika dibandingkan negara lain namun bisa diefesiensi dengan political marketing.
"Political marketing bisa memulai kerjanya dengan riset-riset, termasuk di dalamnya persepsi opini publik. Marketing politik itu sebetulnya lebih konsen kepada apa yang pemilih inginkan," katanya.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menyampaikan apresiasi kepada Dr. Asep Ferry Bastian yang berhasil meluncurkan buku pertamanya berjudul "Strategi Marketing Mix Politik dalam pemenangan Pilkada Suatu pendekatan praktik dan akademik".
Ia mengatakan buku ini menjadi spesial baginya karena mencatat sejarah perjalanan politik sejak awal mencalonkan sebagai Wakil Wali Kota Tangerang hingga terpilih sebagai Wali Kota Tangerang dua periode.
Bahkan pada Pilkada tahun 2018, dirinya yang ketika itu mencalonkan diri sebagai Wali Kota dan berpasangan dengan Sachrudin sebagai Wakil Wali Kota, hampir gagal jelang pengambilan nomor urut. Namun dengan berbagai upaya melalui gugatan, dirinya kembali masuk dalam daftar peserta dan memenangi Pilkada 2018.
"Buku ini mencatat juga sejarah mengenai perjalanan politik saya dan kami sampaikan apresiasi kepada Kang Asep yang sudah menuliskannya dan jadi bagian sejarah penting dalam perjalanan kota ini kedepan," kata dia.
Dirinya berharap buku ini dapat diterima masyarakat dan memberikan pelajaran politik kedepannya. Sebab dinamika politik setiap daerah itu berbeda dan memiliki ciri sendiri. "Buku ini memberikan banyak edukasi politik bagi kita semua," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022