Serang (AntaraBanten) - Calon legislatif perempuan dari Partai Demokrat untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Monita Dwi Yuliani mengatakan provinsi ini membutuhkan peran anggota parlemen perempuan untuk melindungi hak kaum marjinal.
"Hingga peringatan tahun ke-13 Hari Jadi Banten, ternyata di Banten masih banyak warga yang makan nasi aking, pendidikan sulit, dan tak bisa mengakses layanan kesehatan layak. Jika dilihat dari kepentingan rakyat miskin lalu apa makna kehadiran Banten sebagai provinsi baru, karena itulah diperlukan caleg perempuan untuk tampil ke depan membela dan memperjuangkan hak-hak mereka," katanya, di Serang, Senin.
Ditemui usai mengikuti pertemuan Komunitas Vespa Banten yang selama ini dinaunginya, Monita mengatakan sebagai makhluk yang dianugerahi berbagai kelebihan dalam berempati dengan rakyat yang masih miskin para caleg perempuan mestinya menjadi sangat bergairah menyambut peningkatan kuota bagi perempuan di parlemen.
Peluang tersebut, ujar sarjana ilmu politik itu, selayaknya berusaha untuk dimanfaatkan kader-kader terbaik perempuan Indonesia dengan meningkatkan kualitas ilmu dan keterampilan serta meningkatkan karya nyata untuk bisa meraih simpati masyarakat.
"Asal tujuanya bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi benar-benar diabdikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khsusnya untuk mengangkat kaum marjinal dari keterpurukan," katanya.
Untuk itu, kata dia, program-program pembangunan yang perlu digalakan bukan semata-mata hanya terkait proyek raksasa dengan biaya ratusan triliun tetapi lebih mendahulukan program-program yang bisa mengangkat kaum marjinal dari kemiskinan.
"Sebetulnya selama pemerintahan SBY program seperti itu sudah banyak digulirkan seperti program pendidikan gratis, kesehatah gratis. Kita sekarang hanya tinggal membenahinya lebih serius agar semua rakyat bisa benar-benar menikmati program tersebut secara merata," katanya.
Pelayan Serba Bisa
Saat ditanya peran yang seharusnya dilakukan perempuan di parlemen, dia menyatakan, dengan segala bekal yang dimiliki perempuan seperti kasih sayang, kepekaan, perhatian, dan sikap peduli pada kaum miskin, semua perempuan yang duduk di parlemen seharusnya bisa menjadi pelayan bagi rakyat yang serba bisa.
"Artinya banyak hal yang bisa dilakukan dengan mengoptimalkan potensi serta kelebihan perempuan di parlemen. Dalam perumusan program-program pembangunan dan undang-undang kemasyarakatan mestinya mereka bisa memberi warna dengan menonjolkan sisi humanismenya serta perlindungan bagi wanita dan anak-anak," katanya.
Maka demikian pula, kata dia, dalam mengantisipasi tindak pidana korupsi serta pemborosan yang menghambur-hampurkan uang negara kaum perempuan mestinya bisa menjadi pengerem, kontrol, sekaligus kekuatan yang mampu membersihkan parlemen dari korupsi.
"Maka memang terasa aneh bila ada perempuan di parlemen yang terlibat atau malah menjadi pelopor korupsi. Karena itu saya punya ide supaya perempuan menjadi kuat di parlemen mereka harus berhimpun dalam kaukus perempuan parlemen secara solid terlepas dari latar belakang parpolnya," ujar Monita.
Saat ditanya tentang kesulitan untuk bisa bersaing dengan caleg laki-laki, Monita menyatakan, secara finansial bisa saja caleg laki-laki punya kelebihan tetapi secara kualitas caleg perempuan tetap memiliki kesempatan yang sama untuk menang.
"Boleh saja caleg laki-laki punya banyak uang untuk kampanye, tapi kalau kualitasnya rendah mana ada rakyat yang mau memilih dia karena pemilih sekarang sudah jauh lebih cerdas. Maka tinggal bagaimana caleg perempuannya itu sendiri mampu meningkatkan kualitas serta memberi bukti dengan prestasi agar rakyat tertarik untuk bisa memilih dia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014