Permintaan baju "kampret" atau pakaian pangsi khas masyarakat adat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten mendongkrak pendapatan pelaku usaha micro kecil dan menengah (UMKM).
 
"Kami merasa kewalahan melayani tingginya permintaan baju "kampret" itu, " kata Kudil (45) seorang pelaku UMKM di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Rabu. 

Baca juga: Dinas : Stok pangan di Badui melimpah
 
Permintaan baju khas pangsi masyarakat Badui itu di antaranya konsumen membeli secara online juga mereka datang sendiri ke kawasan pemukiman Badui. 
 
Pemerintah daerah kini membuka kembali obyek wisata juga ditambah di kawasan pemukiman Badui memasuki musim buah durian, sehingga kunjungan wisatawan meningkat. 
 
Saat ini, kata dia, pendapatan pelaku UMKM masyarakat Badui
meningkat, karena banyaknya permintaan konsumen itu. 
 
"Kami sejak dua pekan terakhir ini habis terjual 100 baju kampret dengan harga Rp250 ribu/potong, sehingga jika diakumulasikan menghasilkan pendapatan Rp25 juta, " katanya menjelaskan. 
 
Menurut dia, pendapatan sebesar Rp25 juta selama dua pekan terakhir itu tentu sangat membantu keberlangsungan ekonomi pelaku UMKM.
 
Sebab, kata dia, sejak pandemi corona pelaku UMKM terpuruk karena tidak ada permintaan aneka kerajinan Badui tersebut. 
 
Pelaku UMKM masyarakat Badui merasa bersyukur setelah Presiden Joko Widodo mengenakan busana adat Badui pada Sidang Kenegaraan di Jakarta.
 
Pengenaan busana adat Badui oleh orang nomor satu di Indonesia itu mulai pelaku UMKM kebanjiran permintaan. 
 
"Kami hari ini mengirim baju kampret sebanyak 10 potong ke Bali yang dipesan secara online itu, " katanya menjelaskan. 
 
Begitu juga pelaku UMKM lainnya, Jali (65) mengaku saat ini permintaan busana Badui meningkat mulai baju kampret, tas koja, lomar atau kain pengikat kepala, kain tenun, golok, selendang, batik hingga aneka suvenir. 
 
"Kami pendapatan relatif lumayan setelah Presiden Jokowi mempromosikan busana adat Badui,karena banyak permintaan secara online maupun konsumen datang kesini, " ujar Jali sambil merahasiakan penghasilanya itu. 
 
Hendra, seorang wisatawan mengatakan dirinya bersama keluarga mengunjungi UMKM ke sini untuk membeli baju kampret Badui juga tas koja dan pengikat kepala. 
 
"Kami membeli kerajinan Badui itu mencapai Rp3 juta dengan pembayaran tunai melalui rekening bank , "kata wisatawan dari Jakarta. 
 
Sementara itu, Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Jaro Saija mengatakan saat ini pelaku UMKM kembali bangkit karena mereka banyak permintaan konsumen. 
 
Saat ini, kata dia, diperkirakan 2.000 UMKM di sini sudah berproduksi untuk membuat kerajinan kain tenun dan merajut tas koja dari akar pohon terep. 
 
Mereka para pelaku UMKM menjual produksi baju kampret berkisar Rp 200 sampai Rp350 ribu tergantung kualitas. 
 
Begitu juga kain tenun antara Rp150 sampai Rp1, 2 juta , tas koja Rp20 ribu sampai Rp250 ribu , lomar Rp30 ribu, selendang Rp60 ribu, golok Rp700 ribu dan suvenir berkisar Rp10 sampai Rp30 ribu. 
 
"Kami menerima laporan kini banyak permintaan baju kampret yang dikenakan Presiden Jokowi, "katanya.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021