Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak Abdul Rohim menyatakan  Suku Badui, yang hidup di pedalaman daerah itu tidak pernah mengalami rawan pengan karena mereka selalu menyimpan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saat ini persediaan pangan di Suku Badui malah melimpah dari hasil panen ladang huma," katanya di Lebak, Selasa.

Baca juga: Pendapatan nelayan benur di Kabupaten Lebak capai jutaan rupiah

Selama ini,  kata dia, pemetaan pemerintah daerah menyebutkan masyarakat Badui masuk kategori daerah rawan pangan dengan indikasi buruknya sarana prasarana infrastuktur juga akses kesehatan dan kondisi jalan tidak memadai. 
 
Padahal, pemetaan tersebut tidak benar, karena selama ini warga Badui belum pernah mengalami kerawanan pangan maupun kelaparan.
 
Masyarakat Badui setiap tahun bisa memanen padi huma di ladang.
 
Panen padi huma itu, nantinya puluhan sampai ratusan ikatan gabah disimpan melalui rumah lumbung atau "leuit", di mana leuit itu sebagai sumber rumah ketersediaan pangan.
 
Masyarakat Badui jika pailit akibat terserang hama penyakit tanaman yang mengakibatkan gagal panen, tentu persediaan gabah yang ada di leuit dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga.
 
"Semua warga Badui itu memiliki lumbung pangan antara satu sampai empat,sehingga persediaan pangan melimpah," katanya menjelaskan.
 
Ia mengatakan masyarakat Badui membangun leuit yang biasanya didirikan di belakang rumah guna memenuhi ketersediaan pangan.
 
Pembangunan leuit dibelakang rumah karena lokasinya dekat dengan dapur dan mudah untuk mengambilnya.
 
Bahkan, masyarakat Badui kini memiliki 4000 leuit dan jika rata-rata empat ton saja per leuit maka diakumulasikan sebanyak 160 ribu ton. 
 
Saya kira pemetaan warga Badui masuk daerah rawan pangan itu semestinya dihilangkan," katanya.
 
Kudil (45) warga Badui mengaku dirinya hingga kini persediaan pangan melimpah dan tidak pernah membeli beras, bahkan bantuan sembako dari Kemensos berjalan lancar.
 
Saat ini, kata dia, hasil panen padi huma tahun 2020 melimpah disimpan di rumah lumbung pangan dan belum pernah digunakan.
 
Meski masyarakat Badui bercocok tanamnya di lahan ladang atau kebun, tetapi produksi pangan surplus dan mencukupi konsumsi keluarga.
 
"Kami bersama dua anak dan isteri hingga kini belum pernah beli beras," katanya menjelaskan.
 
Sementara itu, Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan pihaknya sampai saat ini warganya belum pernah terjadi kerawanan pangan karena hasil panen padi huma melimpah.
 
Selain itu warga Badui juga mendapat bantuan dari pemerintah sebanyak 10 kg beras karena masuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
 
Penyaluran beras itu diberikan kepada 4.000 KK atau 14.600 jiwa tersebar di 68 Kampung Badui Luar dan Badui Dalam. 
 
"Saya kira bantuan beras itu dapat memenuhi ketersedian pangan juga mengurangi beban ekonomi, " katanya. 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021