Wartawan tak kenal lelah itu patut disandang buat Lamir ( 68) kelahiran Rangkasbitung, Kabupaten Lebak kini telah tiada. 

Almarhum dimakamkan di kampung halamannya di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Sabtu (16/7). 

Kang Lamir merintis sebagai jurnalis di era tahun 1985-an yang awalnya seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung. 

Keinginan menjadi seorang jurnalis cukup kuat saat berjualan sempatkan diri untuk membaca  koran nasional . 

Sebab, membaca itu bagian literatur untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar memiliki fail yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Disamping itu juga membaca buku-buku pedoman jurnalistik, termasuk teknik menulis serta sikap etika yang dijunjung tinggi untuk melahirkan karya yang berkualitas. 

Hasil berjualan itu, almarhum mampu membeli mesin tik dan mencoba membuat sebuah karya tulis.

Kehadiran mesin tik itu, almarhum terus menerus membuat karya tulis  hingga diterima di media cetak mingguan Swadesi terbitan Jakarta.

Almarhum banyak melahirkan karya karya tulisan baik berbentuk artikel maupun berita di media tersebut. 

Namun terakhir aktif di Majalah Sundamidang Bandung 2021 hingga akhir hayatnya.

"Kami tentu kehilangan sahabat sebagai wartawan tanpa kenal lelah,meski belasan tahun melawan penyakit gula darah," kata Nana Jumhana di Lebak,Minggu.

Figur almarhum patut menjadikan contoh bagi wartawan muda karena ia menjadi jurnalis di era tahun 1980-an sangat sulit dan ketat tidak mudah seperti sekarang. 

Menjadi wartawan kebanyakan otodidak dan relatif terbatas  jebolan Perguruan Tinggi jurusan publistik.

Mereka memiliki kebanggaan tersendiri, meski tanpa gaji dan upah dari perusahaan penerbitan tersebut.
 
Kelebihan wartawan zaman itu sebagai jurnalis pendukung pemerintah dan semua wartawan harus mengangkat berita yang bersifat pembangunan.

Keunggulan wartawan zaman itu juga mentalnya cukup kuat untuk menyumbangkan berita-berita pembangunan juga tidak begitu mengejar sekedar uang "tutup mulut".

Mereka lebih puas jika tulisannya tersebut dijadikan kritikan yang bersifat pembangunan. 

Kehadiran almarhum mewarnai kemajuan bagi dunia pers di Kabupaten Lebak sebagai daerah tertinggal dengan banyak warga yang menyandang kemiskinan,terlebih pandemi COVID-19.

"Kami juga mengapresiasi almarhum Kang Lamir hingga akhir hayatnya masih menggeluti dunia jurnalis, padahal mengidap diabetes, " katanya.

Wartawan senior 

Sosok Lamir bisa dikatakan sebagai wartawan senior di Kabupaten Lebak dan dipastikan selama 40 tahun menggeluti sebagai jurnalis. 

Bahkan, almarhum juga anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lebak, sehingga pemerintah daerah patut memberikan penghargaan.

"Yang lebih menarik Kang Lamir suka banyolan dan humor jika ke rumah," kata Nana. 

Ia juga  mengatakan dirinya mengenal sosok almarhum sejak dulu ketika aktif di PWI Kabupaten Lebak tahun 1985-an.

Pemerintah daerah setempat   juga agar membuka mata dan hati terhadap almarhum yang dedikasinya terhadap pembangunan Kabupaten Lebak sangat luar biasa melalui tulisan di media.

Iik putra almarhum mengaku ayahnya itu pekerja keras karena keinginan obsesi menjadi wartawan pilihanya. 

Saat itu, wartawan di Kabupaten Lebak relatif sedikit dibandingkan sekarang. 

Keinginan obsesi menjadi wartawan hingga akhirnya hayatnya. 

"Kami minta doa jika ada kesalahan dalam tulisan memohon maaf, " katanya. 

Penghargaan

H Eli Sahroni, rekan almarhum mengatakan dirinya perlu  pemerintah memberikan penghargaan terhadap wartawan sebagai  pilar demokrasi yang patut dihargai. 

Ini kesempatan terakhir untuk memberikan penghargaan dan penghormatan kepada almarhum Lamir sebagai wartawan yang gigih. 

Almarhum dan para rekan seangkatannya telah banyak memberikan sumbangsih untuk mengangkat  berita pembangunan Kabupaten Lebak. 

"Saya kira pantas almarhum mendapatkan penghargaan dari  Pemkab Lebak sebagai  penghormatan, " kata mantan wartawan Sentana. 

Kepergian almarhum tentu Kabupaten Lebak kehilangan seorang jurnalis yang terbaik dan tanpa kenal lelah itu. 

Semoga kepergian almarhum diterima disisinya dan ditempatkan yang mulia juga keluarga yang ditinggalkan bersabar. 
 
Pemkab kehilangan almarhum

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lebak Dodi Irawan mengaku dirinya juga tentu kehilangan figur wartawan senior almarhum Lamir sebagai wartawan tanpa kenal lelah. 

Meski almarhum digerogoti penyakit gula darah, tetapi aktif di media Bahasa Sunda. 

Banyak, pelanggan media Bahasa Sunda di Kabupaten Lebak hingga ribuan eksplempar pernah bulan. 

"Kami sebagai perwakilan dari pemerintah daerah tentu kehilangan almarhum, " katanya. 

Penggemar

Nurmanah, seorang guru SD di Kabupaten Lebak mengaku dirinya sebagai penggemar almarhum karena media Bahasa Sunda menjadikan rujukan  untuk menyampaikan pelajaran bahasa daerah di sekolah. 

Ia pelanggan media Bahasa Sunda hingga sekarang dengan empat kali penerbitan Rp40 ribu per bulan. 

Selama ini, bahasa daerah perlu dilestarikan sebagai warisan budaya dan media Bahasa Sunda relativitas terbatas. 

Kami tentu kehilangan beliau sebagai wartawan yang mudah humor itu, katanya.

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021