Petani lengkuas atau laja merah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kini menunda panen karena harga di pasaran anjlok dari semula Rp 8.000 kini menjadi Rp2.000 per kilogram. 

"Kami lebih baik menunda panen hingga dua bulan kedepan sambil menunggu kembali harga normal, " kata Arman (64) seorang petani lengkuas warga Curug Bitung Kabupaten Lebak, Sabtu. 

Para petani lengkuas di wilayahnya, kata dia, mestinya Juni 2021 ini memasuki panen karena usia tanamannya 10 bulan.

Umumnya, kata dia, produksi lengkuas bisa dipanen selama 10 bulan dari tanam, namun juga bisa hingga 13 bulan dengan produktivitas rata-rata 5 ton/hektar.

Mereka petani lengkuas di sini kebanyakan menunda panen, karena harganya anjlok. 

Sebelumnya, kata dia, harga lengkuas di tingkat penampung Rp8. 000/kg, namun saat ini turun hingga Rp2. 000/kg.

 "Jika harga Rp2.000/kg tentu petani merugi dengan menghasilkan Rp10 juta dari 5 ton/hektare. Biaya, produksi mulai pembelian bibit hingga upah pekerja habis Rp13 juta/hektare, " katanya. 

Ia mengatakan, sebelumnya harga lengkuas mencapai Rp8. 000/kg dan petani bisa menghasilkan ekonomi Rp40 juta/hektare.

Saat ini, petani lengkuas lebih baik menunda panen karena harganya anjlok. 

"Saya kira anjloknya harga lengkuas itu karena permintaan menurun juga musim panen bersamaan dengan daerah lain, seperti di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah," katanya. 

Menurut dia, kebanyakan petani lengkuas Kabupaten Lebak dipasok ke Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang juga Pasar Induk Keramat Jati Jakarta.

Sebab, produksi lengkuas di sini ditampung oleh bandar besar di pasar induk tersebut.

Anjloknya harga lengkuas di pasaran tentu tidak sebanding dengan biaya produksi, seperti pembelian pupuk, pestisida juga tenaga.

"Kami merugi jika harga lengkuas dijual Rp2. 000/kg dan lebih baik tak dipanen, " katanya. 

Petani lengkuas lainya, Ujang mengaku bahwa panen lengkuas di sini merugi karena harga pasaran anjlok dari Rp8. 000 menjadi Rp2. 000/kg, sehingga banyak petani menunda panen. 

Mereka petani mengembangkan tanaman lengkuas dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur milik perusahaan, TNI dan BUMN.

Selama ini, lahan tidur tersebut jumlahnya ribuan hektare dan masyarakat memanfaatkan dengan bercocok tanam palawija, hortikutura dan padi huma.

"Kami mengembangkan lengkuas seluas satu hektare dan normalnya bisa menghasilkan Rp40 juta per hektare, " katanya.

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021