Cilegon, Banten (ANTARA) - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri) tengah menggarap proyek pemasangan Enclosed Ground Flare (EGF) terbaru yang diprediksi akan beroperasi dalam beberapa bulan ke depan.
Manager CSR PT CAP, Abraham Sinathrawan, Senin (4/5/2020) di Cilegon menjelaskan, pemasangan teknologi ramah lingkungan ini merupakan investasi lebih dari Rp200 milyar untuk mengurangi dampak lingkungan, dan akan selesai di tahun 2020.
EGF sendiri adalah teknologi suar yang aman dan tanpa asap, teknologi ini dikenal dapat meminimalisir dampak operasional terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan penggunaan suar konvensional.
“Kami saat ini sedang membangun Enclosed Ground Flare atau teknologi suar tanpa asap yang siap beroperasi dalam beberapa bulan lagi.
Suar tanpa asap ini akan berfungsi untuk meminimalisir proses pembakaran gas dan mengurangi timbulnya pembakaran dengan api,” jelasnya.
Konsultan Proyek Konstruksi EGF tersebut, Andry, dihubungi secara terpisah menjelaskan bahwa teknologi ini merupakan pilihan tepat sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif lingkungan.
“Teknologi EGF ini ramah lingkungan karena aktivitas flaring ke depannya tidak akan lagi menghasilkan asap pekat ke udara,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan bahwa suara bising, panas, dan emisi cahaya selama proses start-up pabrik berlangsung atau saat terjadi kegiatan operasional yang di luar dari kebiasaaan juga akan berkurang.
Teknologi Enclosed Ground Flare di Chandra Asri direncanakan memiliki kapasitas pembakaran sebesar 220 ton hidrokarbon per jam, dan disebut menyerap total investasi sebesar US$14 juta atau Rp 212 miliar. Proyek ini diharapkan akan selesai tahun ini.
Aktivitas flaring Chandra Asri memang menjadi perbincangan beberapa hari terakhir, salah satunya karena debu pekat yang turun ke pemukiman saat hujan turun.
Selain itu, aktivitas flaring juga menimbulkan getaran yang berdampak sejumlah rumah warga mengalami retak-retak.
Abraham juga mengatakan bahwa Chandra Asri sedang melakukan start up dari salah satu yang berada di dalam pabrik mereka.
Adapun pada prosesnya, Abraham mengatakan pihaknya mengantisipasi dapat terjadi proses flaring pada 4 hingga 6 April 2020, yang perlu dilakukan untuk menjaga keamanan dari pabrik dan juga lingkungan sekitar.
“Proses ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang ada dalam perangkat pabrik, maka dilakukanlah pembakaran gas atau disebut flaring. Proses yang kami lakukan ini telah sesuai dengan standar yang berlaku, di mana tekanan dan suhunya kami ukur agar sesuai standar keamanan,” jelasnya.
“Kami juga mengikuti patokan praktik-praktik terbaik tata kelola operasional pabrik baik di skala nasional maupun internasional.” katanya.
Dalam melakukan proses ini, Abraham mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait dan masyarakat.
“Kami sudah melayangkan surat pemberitahuan sesuai prosedur yang ada kepada para pihak-pihak terkait, dan juga kepada warga sekitar,” tuturnya.
Sebagai pabrik kimia yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Obyek Vital Nasional, Abraham mengatakan bahwa Chandra Asri berkomitmen untuk menjadi industri yang mendukung pembangunan dan juga berdampak positif bagi masyarakat.
“Kami juga senantiasa mendengarkan masukan dari warga sekitar dan melakukan pertemuan tatap muka dalam waktu 1x24 jam pada saat warga bertanya.
Selain itu, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap warga, pada 4 April 2020, kami juga menyalurkan paket beras dan masker untuk 1.000 Kepala Keluarga di sekitar kami dalam rangka Ramadhan dan mengantisipasi pandemi COVID-19.
"Ini merupakan bentuk komitmen dan kepedulian kami terhadap masyarakat,” kata Abraham.
Chandra Asri akan operasikan tekhnologi "Flaring" tanpa asap
Senin, 4 Mei 2020 21:50 WIB
Pemasangan teknologi ramah lingkungan ini merupakan investasi lebih dari Rp200 milyar untuk mengurangi dampak lingkungan