Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia menyebutkan imbal hasil surat berharga negara (SBN) menjadi indikator utama menarik aliran modal asing masuk Indonesia pada periode 13-20 April 2020 yang mencapai Rp4,37 triliun.
“Ini menunjukkan bahwa memang secara bertahap confident terhadap Indonesia khususnya dalam investasi portfolio fix income dalam SBN terus mengalami kenaikan,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam keterangan pers daring di Jakarta, Rabu.
Meski begitu, secara netto, aliran modal asing ke Indonesia selama satu minggu itu mencapai Rp1,57 triliun karena ada aliran modal keluar sebesar Rp2,8 triliun dari saham.
Gubernur BI menjelaskan dari imbal hasil atau yield, SBN atau obligasi pemerintah Indonesia memiliki perbedaan dengan obligasi pemerintah Amerika Serikat mencapai 7,1 persen atau 713 basis poin dengan tenor yang sama yakni 10 tahun.
Begitu juga jika diukur secara riil, imbal hasilnya mencapai 4,6 persen setelah yield itu dikurangi inflasi.
Perbedaan suku bunga itu, lanjut dia, bahkan lebih tinggi dibandingkan negara lain seperti Meksiko dan India serta negara Asia lainnya, sehingga imbal hasil Indonesia menarik kucuran modal asing.
Selain dari sisi imbal hasil, Perry menambahkan aliran modal asing ke Indonesia juga dipengaruhi indeks volatilitas atau VIX yang menyangkut premi risiko yang saat ini mulai berangsur mereda.
Gubernur BI menjelaskan sebelum masa COVID-19, indeks VIX mencapai 18,8 dan memasuki masa puncak virus corona jenis baru pada minggu kedua Maret 2020, indeks VIX mencapai 83,3.
Kenaikan indeks itu diperkirakan karena kepanikan pelaku pasar sehingga menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan.
Saat ini, lanjut dia, indeks VIX mereda mencapai 43,8 sehingga ini menjadi tanda kepanikan pelaku pasar mulai menurun meski masih dibayangi ketidakpastian.
Ia optimis kondisi ini akan mendasari peningkatan investasi Indonesia di aset keuangan khususnya SBN sehingga diharapkan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
“Kami lihat ke depan dengan berbagai langkah penanganan COVID baik kesehatan dan stimulus fiskal dan moneter di dunia dan Indonesia itu akan mendorong investasi portofolio meningkat,” katanya.