Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat aliran modal asing masuk ke Indonesia sejak awal 2019 hingga 8 Agustus mencapai Rp179,6 triliun yang menunjukkan parameter ekonomi domestik cukup terjaga di tengah peningkatan ketidakpastian global karena eskalasi perang dagang.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat, mengatakan aliran modal asing tersebut terdiri atas Rp113,7 triliun yang diserap pemerintah melalui surat berharga negara dan Rp65,9 triliun masuk ke pasar saham.
"Itu memperlihatkan kepercayaan investor pada ekonomi Indonesia baik prospeknya, stabilitasnya, maupun kebijakan-kebijakan yang ditempuh BI, pemerintah, dan OJK masih cukup baik," kata Perry di Jakarta, Jumat.
Peningkatan ketidakpastian risiko global karena eskalasi perang dagang, ujar Perry, memang sempat menekan pasar keuangan domestik. Di pasar saham, sempat terjadi arus modal keluar karena investor berpindah untuk memburu aset keuangan di negara yang paling minim risiko.
Hal itu terjadi ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor sebesar 10 persen untuk komoditas impor asal China sebesar 300 miliar dolar AS yang kemudian dibalas oleh China dengan penghentian perusahaan China untuk membeli produk pertanian dari AS serta dugaan memanipulasi kurs mata uang Yuan.
"Itu biasa terjadi karena investor ada yang keluar masuk. Tapi investor menengah panjang tetap memberikan modal asing masuk ke Indonesia," lanjut dia.
Selain itu, tekanan ketidakpastian global juga menyebabkan premi risiko yang diukur dengan credit default swap (CDS) untuk tenor lima tahun di Indonesia sebesar 90,8 basis poin, atau sedikit meningkat dari awal Agustus 2019.
"Memang sedikit meningkat empat basis poin dari posisi sebelumnya di awal Agustus 2019. Secara keseluruhan CDS tersebut relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara ekonomi yang sepadan (peer)," kata Perry.
Perry mengungkapkan pula perkembangan tersebut menunjukkan kepercayaan investor global pada ekonomi Indonesia tetap baik serta nilai tukar bergerak relatif stabil.
“Kami pastikan BI selalu ada di pasar untuk stabilkan nilai tukar saat ada faktor teknikal jangka pendek,” kata Perry.
Dia memastikan BI melakukan intervensi tidak hanya pada pasar spot, namun juga melalui pasar valas berjangka domestic (domestic non-deliverable forward/DNDF), serta pasar obligasi dari pasar sekunder.
"Secara keseluruhan pasar valas bergerak stabil dan mekanisme pasar bergerak bagus," ujar dia.
Baca juga: BI catat modal asing masuk Rp130,2 triliun