Serang (ANTARA) -
Perekonomian Banten triwulan I 2019 tumbuh 5,42 persen (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan IV 2018 yang mencapai 5,98 persen, tapi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekononomi secara nasional yang hanya mencapai 5,07 persen (yoy).
"Secara spasial regional Jawa, pertumbuhan ekonomi Banten berada di posisi kelima setelah DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat," kata Pjs Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erry P Suryanto di Serang, Rabu.
Dalam acara konferensi pers tentang Laporan Perekonomian Provinsi Banten Periode Mei 2019 yang juga dihadiri sebagai pembicara Kepala OJK Regional 1 DKI Jakarta dan Banten Ahmad Berlian dan Direktur Manajemen Strategis, EPK dan Kemitraan Pemerintah Daerah Duma Riana, Erry mengatakan di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Banten didorong oleh lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan, perdagangan, konstruksi dan real estate.
Sementara lapangan usaha transportasi dan pergudangan dan lapangan usaha pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018. Sedangkan dari sisi pengeluaran, meningkatnya ekspor netto dan LNPRT (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) menjadi pendorong pertumbuhan Provinsi Banten.
Dari sisi pengeluaran, Erry mengatakan pertumbuhan ekonomi Banten Triwulan I 2019 didorong oleh masih cukup tingginya konsumsi masyarakat pada momen libur awal tahun dan imlek, yang tumbuh sebesar 5,21 persen serta investasi proyek-proyek strategis nasional dan swasta dengan pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu tumbuh 6,65 persen (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2018 sebesar 7,88 persen (yoy).
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Banten Tertinggi Kedua Setelah DKI
Ia juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran, yang utamanya didorong oleh industri pengolahan yang tumbuh sebesar 2,98 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 2,19 persen (yoy).
"Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah baik di Provinsi Banten maupun di daerah lainnya. Selain itu, tumbuh positifnya permintaan eksternal yang tercermin dari angka ekspor turut menjadi penopang pertumbuhan kinerja industri pengolahan," katanya.
Sementara itu, kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan pada triwulan I 2019 tumbuh 1,00 persen (yoy), melambat cukup dalam dibandingkan triwulan IV 2018 yaitu 5,27 persen (yoy).
Secara umum, sektor transportasi di Provinsi Banten terutama di kontribusi oleh subsektor angkutan udara, dan sangat berkaitan erat dengan aktivitas angkutan udara di Bandara Soekarno-Hatta.
"Jumlah penumpang angkutan udara triwulan I/2019 tercatat sebesar 6,22 juta penumpang atau terkontraksi sebesar 14,62 persen (yoy), atau menurun lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,85 persen (yoy) ditengarai disebabkan oleh melonjaknya harga tiket atau tarif penumpang angkutan udara domestik secara nasional," katanya.
Erry memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan II 2019 berada dalam kisaran 5,6 persen s.d 6,0 persen (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2019.
"Pertumbuhan tersebut di sisi pengeluaran akan ditopang terutama oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat, pemerintah dan kinerja ekspor," katanya.
Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh antara lain lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, pertanian, dan lapangan usaha real estate yang diperkirakan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan II 2019.
Baca juga: BI: Pemberian Bansos Nontunai Mengedukasi Warga
Perekonomian Banten pada triwulan I 2019 tumbuh melambat
Rabu, 19 Juni 2019 18:05 WIB
Secara spasial regional Jawa, pertumbuhan ekonomi Banten berada di posisi kelima setelah DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat