Lebak (Antaranews Banten) - Para petani jagung yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutsan (LMDH) di Desa Gunung Kencana Kabupaten Lebak membutuhkan akses permodalan untuk meningkatkan produksi jagung di daerah tersebut yang merupakan pilot proyek pengembangan jagung di Banten.
"Yang kami butuh saat ini adalah permodalan, karena bantuan dari pemerintah berupa pupuk hanya 50 killogram. Sementara kebutuhannya sekitar lima kwintal pupuk untuk satu hektar tanaman jagung ini agar produksinya bagus," kata Uus salah seorang petani jagung dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mukti Jaya Desa Bulakan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak usai panen raya jagung di Lebak, Senin.
Ia mengatakan, kebutuhan modal untuk pupuk dan pemeliharaan selama musim tanam hingga panen untuk kebun jagung satu hektar membutuhkan modal sekitar Rp9 juta. Sementara para petani kesulitan mendapatkan akses permodalan, mengingat bantuan yang diberikan pemerintah untuk pupu hanya 50 kilogram, sehingga masih sangat kekurangan untuk biaya pembelian pupuk karena idealnya membutuhkan empat sampai lima kwintal untuk satu hektare tanaman jagung.
"Kami sudah beberapa kali rapat dengan OJK, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya untuk bantuan modal dari BRI," kata dia.
Ia mengatakan, dengan pupuk yang hanya satu karung dari bantuan pemerintah, produksi jagung setiap hektarnya belum maksimal, padahal produksinya bisa mencapai tujuh sampai delapan ton per hektar, jika pupuknya cukup.
"Kalau soal lahan jangan khawatir, di sini saja harusnya bisa mencapai 1500 hektare untuk luasan panennya, tapi yang ada saat ini baru 1.025 hektare," kata Uus.
Oleh karena itu, ia berharap OJK segera membantu untuk mendorong akses permodalan melalui bank-bank pemerintah untuk membantu para petani.
"Alhamdulillah dengan pengembangan jagung berbasis korporasi ini, kami para petani merasa terbantu karena adanya kepastian harga dan juga akses pemasaran," kata Uus yang membawasi sekitar 230 petani jagung di LMDH Mukti Jaya
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan, produksi jagung di Banten hingga Tahun 2018 meningkat drastis. Pertumbuhan produksi jagung Provinsi Banten meningkat sebesar 231,49 persen dari 63,52 ribu ton Tahun 2017 menjadi 210,56 ribu ton Tahun 2018 dengan hasil produksi per hektar diatas lima ton.
"Target Provinsi Banten dalam mengembangkan jagung hibrida Tahun 2019 adalah seluas 44 ribu hektare," kata Agus.
Pengembangan jagung di kawasan tersebut dikelola oleh lima LMDH dengan melibatkan ratusan petani jagung. Hasil penen jagung di Banten sebagian di pasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak di Banten salah satunya PT Caroen Pokphand dan juga disuplai ke industri pakan di Sukabumi Jawa Barat.
Panen raya jagung hibrida di lokasi pilot project pengembangan jagung berbasis korporasi petani di Desa Bulakan Kecamatan Gunung Kencana Kabupaten Lebak seluas 1.025 hektare. Panen raya jagung tersebut secara simbolis dilakukan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid, Danrem 064 Maulana Yusuf Serang Kol Inf Windiyatno serta Dinas Pertanian Kabupaten Lebak.
Bupati Lebak iti Octavia Jayabaya berharap dengan adanya kawasan pengembangan jagung tersebut di Kabupaten Lebak, bisa meningkatkan kesejahteraan para petani serta memberikan efek lain untuk kemajuan ekonomi masyarakat salah satunya dengan pengembangan peternakan dengan memanfaatkan daun jagung untuk diolah menjadi pakan ternak yang disesuaikan dengan potensi di daerah tersebut.
'Kalau di sini cocoknya untuk peternakan kerbau dan domba, ini bisa memanfaatkan dari hasil tanaman jagung ini untuk peternakan. Sehingga nanti bisa bersinergi antara petani jagung dan peternak di sini," kata Iti Octavia.
Petani Jagung Banten Butuh Akses Permodalan
Senin, 25 Februari 2019 18:33 WIB
Target Provinsi Banten dalam mengembangkan jagung hibrida Tahun 2019 adalah seluas 44 ribu hektare