Lebak (ANTARA) - Permintaan kerajinan krey sawit di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memasuki musim kemarau meningkat sehingga dapat menggulirkan pendapatan ekonomi masyarakat di daerah itu.
"Kita pekan ini sudah dipesan sebanyak 500 unit dari sebelumnya 300 unit," kata Anda (50) seorang perajin krey sawit warga Cihiyang Kabupaten Lebak, Minggu.
Perajin krey sawit di wilayahnya sekitar 30 unit usaha dan kini merasa kewalahan melayani permintaan pasar sehubungan memasuki musim kemarau.
Permintaan krey sawit itu dipasok ke pelanggan di wilayah Bogor, dan Tangerang.
"Kami sekarang jika kekurangan terpaksa menampung produksi krey punya teman sesama perajin," kata Anda.
Baca juga: Konsistensi jadi tantangan baru pelaku UMKM
Menurut dia, dirinya menjual krey sawit ke pelangganya itu sebesar Rp30 ribu per lembar dan jika dikalkulasikan 1sebanyak 500 lembar maka menghasilkan pendapatan Rp15 juta.
Sebelumnya, menjual krey sawit 300 lembar dengan pendapatan Rp9 juta per pekan.
Permintaan krey sawit setiap musim kemarau meningkat itu, karena untuk menutup ruangan agar tidak terkena terik sinar matahari juga ada untuk penyekatan ruangan.
"Kami bersyukur musim kemarau membawa berkah dengan meningkatnya permintaan itu," katanya.
Baca juga: Disperindag Kota Tangerang buka program kemitraan UMKM ke pasar lebih luas
Begitu juga perajin lainnya Sabar (45) mengaku dengan meningkatnya permintaan pasar tentu pendapatan ekonomi para perajin relatif baik dan dapat mensejahterakan masyarakat setempat.
Produksi perajin krey juga melibatkan para pekerja mulai dari pencari bahan baku pelapah kelapa sawit hingga merajut krey dengan menggunakan tambang.
"Kami meyakini selama kemarau dipastikan permintaan meningkat, karena hingga kini sudah terjual 200 lembar atau Rp6 juta dari sebelumnya 100 lembar atau Rp3 juta per dua pekan,"kata Sabar.
Toto (55) seorang pengepul krey sawit mengaku dirinya selama dua pekan terakhir melayani permintaan pedagang pengecer di wilayah Serang dan Cilegon sebanyak 2.000 lembar atau naik dari sebelumnya 700 lembar.
Dari 2.000 lembar krey itu dengan harga di tingkat perajin Rp30 ribu sehingga total Rp60 juta, padahal sebelumnya hanya Rp21 juta.
"Kami memasok krey ke tingkat pedagang pengecer dengan sistem tempo,namun beruntung berjalan lancar,"kata Toto sambil merahasiakan keuntungannya.
Baca juga: Sulap ikan mini jadi camilan kekinian, tembus pasar Hong Kong
Sementara itu, Sutisna, seorang petugas Penyuluh Perindustrian Muda Disperindag Kabupaten Lebak mengatakan, saat ini perajin krey sawit di daerah ini berkembang di sekitar perkebunan kelapa sawit, karena mudah untuk mendapatkan bahan dasar dari limbah pelapah sawit.
Saat ini, perajin krey sawit sekitar 450 unit usaha dan bisa membantu pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Produksi krey sawit dari Kabupaten Lebak cukup besar bisa mencapai 20 ribu lembar per bulan, terlebih musim kemarau banyak permintaan pasar.
"Kami kini membina dan melakukan pelatihan kepada perajin agar meningkatkan produksi krey sawit karena menyumbangkan ekonomi masyarakat," katanya.
Baca juga: Legislator Banten minta pemda serius tangani pengangguran