Serang (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten, Ameriza M Moesa, di Serang, Selasa, mengatakan bahwa Banten menjadi provinsi satu-satunya yang mengalami defisit produk holtikultura se-Pulau Jawa.
Untuk itu sejumlah upaya dilakukan termasuk kolaborasi antara BI Banten bersama Pemprov Banten serta Pemkot Serang menggelar sekolah lapang untuk menggenjot produksi bawang merah di Kota Serang.
"Ini sebagai upaya agar Banten menjadi sentra produksi dan bisa menyaingi bawang merah dari Brebes," kata Ameriza M Moesa usai melakukan penanam bawang merah di Sawah Luruh, Kasemen, Kota Serang.
Baca juga: Promprov Banten dukung pengembangan budi daya bawang merah
Melalui program sekolah lapang ini, lanjut dia, diharapkan Banten bisa memenuhi kebutuhan produksi holtikultura. Dan penanaman bawang merah di lahan seluas 10 hektare tersebut, menjadi langkah awal untuk mengurangi defisit yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan pangan di Banten.
"Selain itu komoditas pangan holtikultura juga kerap menjadi penyumbang inflasi karena masih bergantung pada wilayah lain. Maka ke depan kami berharap tidak hanya 10 hektare tapi bisa sampai 100 hektare," katanya menambahkan.
Sekolah lapang ini juga melakukan penerapan teknologi smart farming yang diharapkan dapat meningkatkan minat anak mudah untuk bergerak di sektor pertanian.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Agus M Tauchid mengatakan defisit bawang merah di Banten mencapai 60 persen sedangkan untuk defisit pada komoditas cabai mencapai 40 persen.
"Untuk mengejar defisit tersebut, maka kita targetkan setiap bulan bawang merah ini bisa panen, kalau kita mengandalkan daerah lain tentu akan tertinggal," katanya.
Sedangkan untuk potensi panen bawang merah yang bisa dihimpun dari luas lahan 10 hektare tersebut ialah sebanyak 120 ton. Saat ini tiga hektare lahan yang menjadi role model pertanian bawang diperkirakan akan menghasilkan 10 hingga 12 ton bawang merah.