Permintaan kain tenun pewarna alami masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sejak beberapa bulan terakhir ini mengalami kenaikan hingga 100 persen.
"Kita merasa kewalahan melayani permintaan pesanan konsumen," kata Sukma (45) seorang perajin pewarna kain tenun alami di Kaduketug Kabupaten Lebak, Senin.
Meningkatnya permintaan kain tenun pewarna alami itu hingga menghasilkan omzet pendapatan Rp8 juta dari sebelumnya Rp4 juta.
"Untuk pewarnaan alami kami dibantu anak. Untuk limbahnya kami buang melalui saluran khusus agar tidak mencemari lingkungan," katanya.
Baca juga: Penenun Badui itu wariskan budaya pada generasi penerus
Baca juga: Penenun Badui itu wariskan budaya pada generasi penerus
Menurut dia, permintaan pesanan kain tenun pewarna alami itu tidak bisa langsung dipenuhi, karena proses pembuatan dilakukan selama satu pekan.
Proses pewarnaan alami itu menggunakan bahan baku dedaunan dan kulit kayu yang ada di kawasan hutan Badui.
Untuk warna biru menggunakan daun tarum, warna kuning daun gegeran dan galih nangka serta warna merah akar cangkudu juga warna coklat kayu mahoni.
Perajin memproses produksi kain tenun pewarna alami itu dengan cara menggodok bahan baku sesuai selera warna hingga mendidih. Selanjutnya, kain tenun tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih hingga beberapa hari dan setelah berwarna diangkat untuk dicuci dan dijemur.
"Kami mencuci dan menjemur lagi kain tenun pewarna alami sehingga benar-benar warnanya semakin kuat dan tidak mudah pudar," jelasnya.
Baca juga: Kain tenun asal Badui tembus pasar mancanegara
Baca juga: Kain tenun asal Badui tembus pasar mancanegara
Ia mengatakan, pihaknya kali pertama mengembangkan pewarna kain tenun alami itu pada 2012 dan hingga kini bertahan, bahkan banyak permintaan pasar.
Untuk ukuran panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter persegi dijual dengan harga Rp500 ribu sampai Rp1 juta per lembar.
Jahadi (45) seorang perajin mengatakan, selama ini permintaan pewarna alami kain tenun Badui cukup tinggi karena dinilai unik dan memiliki seni.
"Sekarang omzet mengalami kenaikan dan cukup lumayan. Yang jelas untung," katanya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Oom mengatakan, saat ini pelaku usaha warganya tumbuh dan berkembang hingga sebanyak 1.500 penenun, termasuk pewarna alami.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Oom mengatakan, saat ini pelaku usaha warganya tumbuh dan berkembang hingga sebanyak 1.500 penenun, termasuk pewarna alami.
"Kami meyakini tumbuh dan berkembang perajin penenun kain tradisional dipastikan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga," katanya.
Baca juga: Di pameran Seba Badui, kain tenun Badui laku keras
Baca juga: Di pameran Seba Badui, kain tenun Badui laku keras