Depok (Antara News) - Menteri Perencana Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas, Bambang S. Brodjonegoro mengatakan, masyarakat sekarang ini mulai peduli terhadap social responsible investing (SRI) atau berinvestasi selain mengejar imbal hasil tetapi juga memperhatikan perusahaan yang memiliki program tanggung jawab sosial.
"Hanya saja yang harus diperhatikan sepertihalnya di luar negeri indeks harus beragam sehingga masyarakat memiliki banyak variasi pilihan berinvestasi sesuai dengan kriteria yang diinginkan," kata Menteri Bambang selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia saat menyaksikan pengukuhan guru besar tetap Universitas Indonesia di Depok Jawa Barat, Rabu.
Universitas Indonesia menambah jumlah guru besar tetap menjadi 236 orang dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M. Kom dari Fakultas Ilmu Komputer dan Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, MM dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Menurut Bambang, sebenarnya saat ini sudah ada pilihan SRI di Bursa Efek Indonesia yakni indeks syariah untuk perusahaan yang berbasis hukum ekonomi Islam serta indeks Kehati untuk perusahaan yang menjalankan program lingkungan.
Sebenarnya masih banyak ragam dari SRI, salah satu yang potensial untuk dikembangkan adalah indeks sustainable development goals (SDG) atau perusahaan yang memiliki program berkesinambungan, jelas Menteri Bambang mengomentari pidato pengukuhan Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, MM berjudul SRI.
Bambang melihat masyarakat saat ini semakin peduli terhadap SRI, apalagi perusahaan yang masuk dalam indeks syariah maupun indeks kehati juga memiliki imbal hasil yang besar.
Dalam pidato pengukuhan, Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, MM mengatakan, dalam investasi klasik, investor atau fund manager akan melihat faktor risiko, imbal hasil, dan likuiditas, sedangkan untuk SRI akan dilihat faktor tambahan yakni sustainability (kesinambungan).
Melalui SRI, kata Irwan, pemegang saham memiliki hak suara agar perusahaan menjalankan kegiatan yang beretika serta memiliki tanggung jawab sosial sebagai contoh menyediakan modal kerja kepada masyarakat berpendapatan rendah yang selama ini tidak memiliki akses perbankan.
Kemudian untuk kaitannya dengan ekonomi syariah misalnya bagaimana caranya memberikan pinjaman tanpa bunga kepada masyarakat yang membutuhkan, kata Irwan.
Seperti indeks kehati hasil kerja sama BEI dengan Yayasan Kehati, saat ini sudah ada 25 perusahaan yang tergabung didalamnya karena memenuhi kriteria berkesinambungan, peduli terhadap lingkungan, serta memiliki tata kelola yang baik, jelas Irwan lagi.
Bagi Irwan meningkatnya isue mengenai lingkungan menjadi tantangan perusahaan yang beroperasi di Indonesia memiliki program CSR yang mumpuni dibidang lingkungan apalagi Kementerian Kehutanan telah mengklaim semakin berkurangnya luasan hutan di Indonesia seiring tingginya aktivitas perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.
Sedangkan Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M. Kom dari Fakultas Ilmu Komputer dalam orasinya sebagai guru besar tetap UI menjelaskan mengenai peran robotika dan sistem cerdas untuk menjawab permasalahan bangsa.
Wisnu menjelaskan kecerdasan buatan yang ditanamkan di robot yang memberikan manfaat untuk menemukan kebocoran gas sekaligus memperbaikinya kembali, memulihkan jaringan telekomunikasi yang mengalami gangguan, serta sensor ekg melalui ponsel pintar untuk mengetahui gangguan fungsi jantung, serta pemanfaatan bagi pengamanan laut.