Pemerintah Kabupaten Lebak Provinsi Banten menerjunkan ribuan sukarelawan untuk percepatan penurunan prevalensi stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak usia bawah lima tahun (balita) akibat gagal tumbuh.
terlebih menghadapi generasi emas tahun 2045," kata Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi di Lebak, Jumat.
Pemerintah Kabupaten Lebak mengapresiasi terhadap sukarelawan yang menjadi tim pendamping keluarga (TPK) terdiri dari kader bidan, kader KB, dan tim penggerak PKK.
Mereka para sukarelawan sebanyak 3.206 orang itu memberikan pelayanan kepada penderita stunting dan keluarga berisiko dengan melakukan pendataan, pengukuran lengan dan tubuh juga menyalurkan bantuan makanan pendamping susu.
Selain itu juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin per bulan agar kehidupan mereka sehat dan tidak terserang penyakit penyerta.
Baca juga: BKKBN sebut stunting adalah gagal pola asuh pada anak
Baca juga: BKKBN sebut stunting adalah gagal pola asuh pada anak
Para sukarelawan itu, kata dia, dengan sukarela tanpa dibayar, karena mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mengentaskan gagal tumbuh ini.
Sebab kata dia, stunting sangat berdampak terhadap kemajuan bangsa ke depan, bila orang yang positif stunting memiliki keterlambatan berpikir dan menyebabkan SDM kurang berkualitas.
Begitu juga kehidupan mereka setelah remaja tentu mudah terserang penyakit generatif, seperti diabetes melitus, jantung, dan darah tinggi.
Dengan demikian, pihaknya meminta sukarelawan terus bekerja keras untuk percepatan penurunan prevalensi stunting.
"Kami berharap angka prevalensi stunting di daerah ini turun hingga 14 persen pada 2024 sesuai target harapan Presiden Joko Widodo," kata Ade Sumardi, yang juga Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Lebak.
Baca juga: Sambangi Tangerang, Presiden Bank Dunia antusias ikuti kelas ibu hamil
Baca juga: Sambangi Tangerang, Presiden Bank Dunia antusias ikuti kelas ibu hamil
Menurut dia, penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi semua komponen harus bergerak agar Kabupaten Lebak terbebas dari permasalahan tersebut.
Keterlibatan komponen itu di antaranya para pihak terkait, organisasi perangkat daerah (OPD), TNI, Polri, Kejaksaan, Pengadilan, ormas, ulama, pers, sukarelawan dan tokoh masyarakat.
Selama ini, para komponen itu patut dipuji dengan adanya program "Jumat Serius" yakni Jumat dengan iuran untuk menyumbang bagi penanganan stunting sebesar Rp1.000.
Selain itu juga kalangan remaja dengan generasi berencana untuk mengedukasi kepada masyarakat untuk penanganan stunting. Begitu juga program Kejaksaan dan Pengadilan setempat tentang penegak hukum peduli stunting.
"Kami meyakini jika semua komponen itu berjalan dipastikan ke depan bisa terbebas dari stunting," katanya.
Baca juga: Bantu cegah stunting, AP II berikan bantuan 2.716 porsi makanan sehat
Berdasarkan laporan sampai Agustus 2023 angka prevalensi stunting di Kabupaten Lebak menurun tercatat 3.736 balita dari tahun sebelumnya sebanyak 4.618 orang.
Baca juga: Bantu cegah stunting, AP II berikan bantuan 2.716 porsi makanan sehat
Berdasarkan laporan sampai Agustus 2023 angka prevalensi stunting di Kabupaten Lebak menurun tercatat 3.736 balita dari tahun sebelumnya sebanyak 4.618 orang.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini mengatakan penyebab stunting di daerah ini akibat kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersediaan pangan, dan pernikahan dini.
Selain itu juga akses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadikan salah satu faktor penyebab stunting.
"Kami berharap semua pihak secara bersama-sama untuk menuntaskannya untuk mempersiapkan generasi unggul," kata dr Nurul.
Baca juga: Cegah stunting, Pemkab Lebak libatkan kalangan remaja
Baca juga: Cegah stunting, Pemkab Lebak libatkan kalangan remaja