Lebak (ANTARA) -
Pemohon kartu kuning atau kartu tenaga kerja di Kabupaten Lebak, Banten, meningkat tajam dari 30 orang menjadi 200 orang per hari memadati Kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat.
"Kami merasa kewalahan melayani permintaan kartu kuning itu," kata Emar, seorang petugas Disnaker Kabupaten Lebak, Senin.
Meningkatnya pembuatan kartu kuning atau kartu tenaga kerja itu setelah lebaran setiap hari memadati Disnaker.
Para pencari kerja kebanyakan lulusan SMA/SMK tahun ini untuk melamar pekerjaan di sejumlah daerah di Banten,DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Selain itu juga terdapat pemohon kartu kerja perpanjangan kartu kuning karena masa berlakunya sudah habis.
"Semua para permohonan kartu kuning itu kebanyakan lulusan pendidikan SMP dan SMA/SMK/MA," ucapnya.
Menurut dia, persyaratan untuk mendapatkan kartu kuning dengan dilampirkan fotokopi ijazah terakhir, fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) dan pas foto.
Para pemohon harus memenuhi persyaratan agar bisa diproses untuk mendapatkan kartu kerja.
Permohonan kartu kerja itu tidak dikenakan biaya pembuatan, karena merupakan bentuk pelayanan prima.
"Kami bekerja keras agar semua pemohon kartu kerja bisa terlayani dengan baik,"katanya.
Ia mengatakan, selama ini angka pengangguran di Kabupaten Lebak cukup tinggi antara 30 hingga 35 ribu.
Kebanyakan pengangguran itu berusia produktif dan tidak melanjutkan kuliah.
Pemerintah daerah juga setiap tahun melaksanakan kegiatan pelatihan guna mengatasi pengangguran.
Pelatihan itu, kata dia diberbagai bidang ketrampilan agar memiliki ketrampilan sehingga mereka bisa hidup mandiri.
Selain itu juga pihaknya menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta untuk menampung pencari kerja sesuai yang dibutuhkanya.
"Kami berharap para pemohon itu diterima di perusahaan bersangkutan, sehingga bisa mengatasi pengangguran di Lebak," ujarnya.
Sementara itu, Reni (18) seorang warga Kabupaten Lebak mengaku dirinya membuat kartu kuning itu untuk syarat melamar pekerjaan di Pabrik Bolham di Citeras Rangkasbitung.
Karena itu, dirinya membuat kartu kuning sebagai persyaratan agar bisa diterima bekerja di pabrik tersebut.
"Kami setelah lulus dari SMKN 2 Rangkasbitung tahun ini lebih memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga,"kata Reni.