Lebak (ANTARA) -
"Kami meyakini angka prevalensi stunting di daerah ini bisa menurun jika masyarakat menerapkan program B2SA," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini di Lebak, Rabu.
Baca juga: Pemkab Lebak targetkan UMKM masuk ekosistem digital
Program B2SA dinilai lebih efektif untuk menurunkan kasus anak stunting karena mereka harus mendapatkan asupan aneka makanan yang memiliki kandungan gizi.
Ia menjelaskan aneka makanan itu bisa didapat dari pangan lokal yang bisa dibudidayakan oleh masyarakat setempat, di antaranya tanaman umbi-umbian, sayuran, palawija, perikanan, dan peternakan.
Konsumsi pangan lokal itu, ujar dia, tentu memiliki kandungan gizi, protein hewani, dan vitamin, sehingga dapat mencegah kasus tengkes.
"Orang tua harus memperhatikan pada 1.000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun diberikan asupan aneka makanan yang bergizi agar pertumbuhan dan perkembangan fungsional anak cukup baik," katanya.
Dia menjelaskan pemerintah daerah menggulirkan program B2SA dengan mengajak masyarakat membudidayakan tanaman pangan lokal, seperti umbi-umbian, palawija, dan sayuran, juga peternakan dan perikanan.
Tanaman pangan lokal itu, ucap dia, dapat memberikan asupan gizi dan protein serta vitamin, sehingga dapat mencegah stunting maupun gizi buruk dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil.
Dia mengatakan keberhasilan menurunkan prevalensi stunting itu, di antaranya karena program B2SA dilaksanakan secara optimal berupa penyuluhan dan sosialisasi oleh pemerintah daerah.
Sekarang, kata dia, masyarakat memiliki pemahaman yang baik untuk memperhatikan 1.000 hari kehidupan anak dengan memberikan asupan makanan yang bergizi dan pemeriksaan kesehatan.
"Kami mendorong masyarakat agar menerapkan program B2SA untuk mencegah stunting," katanya.