Tangerang (ANTARA) - Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin menyebutkan, sesuai dengan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi kasus stunting di Kota Tangerang adalah 15,3 persen dan masuk terendah di Porvinsi Banten.
"Angka stunting menjadi salah satu hal yang diprioritaskan oleh Pemkot Tangerang, kendati angka prevalensi stunting Kota Tangerang merupakan yang terendah di Provinsi Banten," kata Wakil Wali Kota Sachrudin saat kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting di Aula Gedung Cisadane, Karawaci, Kamis.
Dijelaskannya, Pemerintah Kota Tangerang terus melakukan berbagai upaya demi menekan angka prevalensi stunting, mulai dari perencanaan, pencegahan dan juga pengobatan kepada balita.
Percepatan penurunan stunting terbagi dalam dua intervensi, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Untuk intervensi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan.
"Intervensi sensitif mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, peningkatan akses kualitas pelayanan gizi dan kesehatan," katanya
Untuk diketahui, diseminasi audit stunting bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui penyebab risiko stunting. Kemudian dari hasil identifikasi dilakukan analisis guna memberikan rekomendasi sebagai upaya pencegahan yang harus dilakukan.
Selanjutnya dapat ditindak lanjut dalam perbaikan, disinergikan pada lini terdepan dan bekerja sama dengan pihak pihak terkait sesuai dengan fungsinya masing - masing.
"Sehingga kegiatan pencegahan maupun intervensi stunting bisa berhasil sesuai dengan target," katanya.