Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) berkolaborasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk meresmikan pengoperasian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Brilian 1 di Kantor Pusat BRI, Jakarta. Sinergi kedua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dilakukan untuk mengakselerasi terbentuknya ekosistem kendaraan listrik guna mempercepat transisi energi di Tanah Air.
Peresmian SPKLU ini merupakan tindak lanjut dari Penandatanganan Perjanjian Kerja sama (PKS) antara PT PLN (Persero) dengan Bank Himbara pada Juni 2022 lalu. Salah satu ruang lingkup yang disepakati adalah kerja sama kemitraan penyediaan SPKLU dengan skema Investor Owned Investor Operate (IO2).
"Hari ini adalah hari bersejarah karena acara ini bukan hanya peresmian SPKLU tetapi simbol dari sinergi BRI dengan PLN menyambut era energi masa depan," ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam acara peresmian SPKLU Brilian 1 di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Selasa (25/10/2022).
\
Baca juga: Sambut Hari Listrik Nasional (HLN) ke-77, YBM PLN UID Banten donorkan 77 kantong darah
Darmawan menyatakan pembangunan SPKLU ini merupakan langkah penting untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi yang mencapai 280 juta ton CO2e di tahun 2020. Tanpa adanya intervensi, pada tahun 2060 emisinya akan mencapai 860 juta ton CO2e per tahun.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi adalah penggunaan kendaraan listrik. Atas dasar itu, PLN mendukung penuh dalam mendorong peralihan kendaraan BBM ke listrik dengan membangun ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.
Sebagai gambaran, 1 liter bahan bakar minyak (BBM) setara dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kilogram (kg) Co2e, sedangkan 1 kWh listrik emisinya setara 0,88 kg CO2e atau 1,05 kg untuk 1,2 kWh listrik.
"Artinya, pada kondisi saat ini pun, menggunakan kendaraan listrik sudah mengurangi emisi 56 persen. Seiring dengan pembangkit PLN yang akan menuju ke EBT, maka ke depan kendaraan listrik emisinya akan nol," jelas Darmawan.
Darmawan menambahkan, PLN sudah memiliki "roadmap" untuk beralih ke energi hijau demi mencapai "Net Zero Emission" pada 2060 dengan menambah pembangkit energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, akan ada 51 persen pembangkit baru yang berasal dari EBT. Selain penambahan pembangkit EBT baru, PLN juga tidak akan menambah pembangkit batu bara baru.
Darmawan menambahkan, PLN juga siap membuka pintu selebar-lebarnya kepada para pelaku usaha yang ingin berkolaborasi dalam penyediaan franchise SPKLU. Melalui skema ini, para pengusaha cukup menyiapkan lahan dan dana investasi saja.
"PLN tidak memiliki tempat-tempat 'hotspot' di mal-mal, di perkantoran, di 'rest area', di kafe-kafe. Tetapi kami punya strategi untuk membuat perkembangan jumlah SPKLU seperti jamur di musim penghujan," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, pihaknya berkomitmen ikut serta bersama PLN untuk mendukung program transisi energi. Dengan transisi energi ini, maka bisa menbantu menjaga bumi agar tetap sehat dan nyaman untuk generasi masa depan.
"Pasti kita akan tetap berpedoman pada bahwa kita harus komit kepada menciptakan "Environmental, Social and Governance" (ESG). Kita memang mencari profit, tapi tetap profit itu harus tetap mensejahterakan masyarakat, Dan mencari profit dengan tujuan mensejahterakan masyarakat, masyarakatnya sejahtera kalau bumi ini planet ini kita jaga," jelasnya.
Selain itu, Bank BRI juga berkomitmen untuk mendorong penggunaan kendaraan bermotor listrik di Indonesia lewat penyediaan SPKLU. Menurut Sunarso, penggunaan kendaraan listrik bisa mengurangi emisi karbon.
"Kita sudah hitung seluruh aktivitas kita yang paling banyak emisi adalah perjalanan dinas menggunakan kendaraan bermotor. Oleh karena itu gerakan hari ini langsung kita tembak pada kendaraan," kata Sunarso.
Resmikan Pengoperasian SPKLU, PLN dan BRI Bersinergi Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
Selasa, 25 Oktober 2022 20:39 WIB
PLN sudah memiliki "roadmap" untuk beralih ke energi hijau demi mencapai "Net Zero Emission" pada 2060 dengan menambah pembangkit energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap