Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten siap membantu anak-anak Badui Luar bila ingin sekolah formal agar warga di pedalaman bisa membaca menulis dan berhitung (calistung).
"Kita berharap anak-anak di pedalaman minimal mampu calistung," kata Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi saat memperingati Hari Anak Nasional ( HAN) di Kabupaten Lebak yang dipusatkan di Kawasan Pemukiman Masyarakat Badui Luar di Kampung Kaduketug, Lebak, Senin.
Baca juga: Percepat atasi stunting, Pemkab Lebak ajak warga gemar konsumsi ikan
Baca juga: Percepat atasi stunting, Pemkab Lebak ajak warga gemar konsumsi ikan
Pemerintah Kabupaten Lebak siap membantu anak-anak Badui Luar yang ingin sekolah formal.
Bahkan, pemerintah daerah akan membangun sarana pendidikan yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman Badui.
Mereka anak-anak Badui Luar yang ingin sekolah formal, namun tetap tidak melanggar adat istiadat setempat.
"Kami tetap menghargai dan menghormati keyakinan adat masyarakat Badui," katanya.
Menurut dia, saat ini, anak-anak Badui juga ada yang belajar pada pendidikan non formal yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Mereka pengelola PKBM memiliki teknik tersendiri untuk menampung anak-anak Badui agar mampu calistung.
PKBM itu, katanya, lokasinya di sekitar pemukiman Badui agar anak-anak Badui mau belajar.
Namun demikian, pihaknya berharap kedepan anak-anak Badui Luar mau sekolah formal.
Saat ini, kata Wakil Bupati, banyak putra-putri Badui kini menjadi Polisi, TNI hingga Aparatur Sipil Negara ( ASN).
"Kami berharap anak-anak di pedalaman menerima pendidikan, namun tetap tidak melanggar kaedah-kaedah adat mereka,"katanya menjelaskan.
Sementara itu, Mae (30) warga Badui Luar mengaku bahwa dirinya sempat belajar di PKBM Kencana Ungu Leuwidamar hingga Paket C atau setara SMA.
Namun, dirinya tidak melanjutkan sekolah formal karena dilarang dengan adat.
"Kami kini mampu untuk calistung dan tidak buta huruf," katanya.
Sementara itu, Jumadi (14) warga Badui Luar mengatakan dirinya pernah belajar di PKBM hingga sampai Paket B atau setara SMP, namun kini berhenti.
"Kami tidak bisa sekolah formal, karena terhalang adat,"katanya.