Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang berfokus dalam pengembangan green banking dan transaction banking, sigap menangkap peluang pasar sehingga mampu mendorong kelanjutan apresiasi dari investor pasar modal.
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan pembiayaan hijau dan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi berkelanjutan tengah menjadi perhatian beberapa bank-bank besar di seluruh dunia sehingga strategi BNI mengembangkan green banking merupakan langkah tepat.
Baca juga: BNI cetak laba bersih Rp8,8 triliun di semester I-2022
“Siapa yang mampu mencium perubahan pasar, akan menjadi pemimpin di sana. BBNI tentu melihat ini sebagai sebuah kesempatan baru yang mereka bisa kembangkan,” kata Maximilianus dalam keterangan resmi, Senin.
Ia juga memperkirakan kinerja positif yang dibukukan BNI dan bank-bank lainnya akan berdampak positif pada pergerakan saham.
Diketahui, pada semester I 2022, BNI membukukan laba bersih mencapai Rp8,8 triliun atau tumbuh 75,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Associate Director Chief of Research PT Fokus Finansial Janson Nasrial menilai strategi BNI dalam mendorong green banking dan transaction banking merupakan salah satu upaya BNI mendiversifikasi sumber pembiayaan khususnya segmen korporasi, mengingat di sektor tersebut BNI berkompetisi dengan 4 bank besar lain.
“BBNI mempunyai Price to Book Value (PBV) yang paling rendah di antara 4 besar bank lain, maka apabila turnaround-nya terbukti bagus, potential return-nya bisa bagus,” kata Janson.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan harga saham BBNI ditutup di harga Rp7.850 pada 30 Juni 2022 atau meningkat 69,5 persen dibanding setahun sebelumnya. Dengan kapitalisasi pasar Rp146,4 triliun, BBNI tetap menjadi pilihan utama investor.
Selain memiliki kinerja yang baik, BNI juga terus melakukan transformasi digital dan korporasi secara menyeluruh menjadi bank yang berfokus pada profitabilitas.
“Dalam jangka panjang, upaya transformasi ini diarahkan untuk membawa BNI menjadi bank dengan profitabilitas yang tinggi di industri. BNI juga tetap layak terus menjadi koleksi investasi karena dari sisi valuasi, rasio Price to Book Value (PBV) BNI masih di kisaran 1,2 kali, belum mencerminkan kondisi fundamental yang sebenarnya,” katanya.