Lebak (AntaraBanten) - Lima warga Baduy Dalam di Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terserang penyakit menderita Frambusia atau sejenis penyakit kulit yang menyerang sekujur tubuh.
"Semua penderita penyakit Frambusia itu mendapat pengobatan agar mereka tidak menularkan kepada warga lainnya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman, di Lebak, Kamis.
Ia mengatakan, penyebab penyakit Frambusia itu akibat buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) warga setempat.
Sebab mereka tingkat PHBS sangat rendah, seperti berpakaian sampai berminggu-minggu tidak diganti, mandi tidak menggunakan sabun, dan bahkan warga Baduy ketika tidur tidak beralas tikar.
Prilaku seperti itu, kata dia, merupakan budaya masyarakat Baduy sehingga petugas medis kesulitan untuk mengubah pola hidup bersih dan sehat.
"Saya kira dengan hidup kurang bersih tentu sangat rawan terhadap penyebaran penyakit menular, seperti Frambusia itu," ujarnya menjelaskan.
Menurut dia, jumlah penderita Frambusia saat ini di kawasan Baduy Dalam hanya lima orang dari sebelumnya mencapai puluhan penderita.
Petugas medis hingga kini terus melakukan pengobatan maupun pencegahan penyebaran penyakit tersebut.
Meskipun penyakit Frambusia itu tidak mematikan, karena menyerang pada bagian kulit saja, seperti luka koreng, tetapi bisa menurunkan produktivitas.
Pengobatan Frambusia dilakukan penyuntikan jenis Benzetin untuk membunuh kuman-kuman pada bagian tubuhnya.
Namun, hingga kini penyakit koreng-koreng yang menyerang bagian kaki, tangan dan badan belum terbebas dari daerah itu.
"Kami terus melakukan pengobatan bagi penderita agar tidak menular pada warga lainnya," katanya.
Sementara itu, Petugas Medis Kepercayaan Warga Baduy Mantri Idi Rosidi mengatakan, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Baduy itu.
"Kami meminta warga Baduy mau hidup bersih dengan menjaga lingkungan dan jika sakit berobat ke puskesmas," katanya.
Ia meyebutkan, sejak ditemukan kasus Frambusia di Baduy Dalam tahun 2001-2009 tercatat 94 orang hingga kini terus dilakukan pengobatan maupun pencegahan penyebaran penyakit tersebut.
Bahkan, pencegahan prambusia dilakukan pengobatan secara massal bersama petugas medis Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.
"Kegiatan pengobatan itu dilakukan setiap tahun sekali," katanya.