Lebak (AntaraBanten) - Warga Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, melakukan perburuan binatang sejenis cicak atau tokek di Kabupaten Lebak, Banten dengan cara dijerat menggunakan ikat tali.
"Kami datang ke sini karena populasi tokek di Lebak cukup banyak," kata Firman, warga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah saat melakukan pemburuan di Desa Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Kamis.
Ia mengaku bahwa dirinya sehari mendapatkan tokek hasil perburuan antara 100 sampai 150 ekor.
Tokek-tokek itu dijual ke pengepul di Pal Lima Kota Serang dengan harga Rp3.000/ekor.
Selanjutnya, kata dia, pengepul memasok tokek itu ke Ponorogo, Jawa Timur.
Sebab tokek dikabarkan oleh masyarakat yang bisa menyembuhkan penyakit gatal-gatal, HIV/AIDS dan tumor.
"Kami pulang ke rumah bisa bawa uang antara Rp200 sampai Rp300 ribu/malam hasil memburu tokek itu," katanya.
Ia mengatakan, dirinya dan teman-teman lainnya warga Rembang sudah sebulan terakhir melakukan perburuan tokek di Kabupaten Lebak.
Perburuan dilakukan pada malam hingga dinihari karena binatang itu beraktivitas di malam hari.
Ia setiap malam berkeliling ke perumahan, perkebunan, hutan dan pohon untuk mencari tokek itu.
"Kami dengan melakukan perburuan tokek itu bisa menghidupi ekonomi keluarga," katanya.
Begitu pula, Parno, warga Rembang, Jawa Tengah, mengatakan populasi tokek di Kabupaten Lebak cukup banyak baik di kawasan permukiman maupun di hutan.
Namun, pihaknya memburu lebih menyukai di kawasan hutan karena banyak pohon-pohon sebagai sarang tokek.
Apalagi, musim kemarau populasi tokek begitu mudah karena mereka bisa keluar pada malam hari.
"Kami menangkap tokek dengan alat bambu sepanjang 10 meter dan diujungnya terdapat ikat tali," katanya.
Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Nurly Edlinar, mengimbau masyarakat jangan melakukan perburuan satwa tokek karena dapat merusak ekosistem habitat lingkungan.
Meskipun, satwa tokek tersebut tidak termasuk binatang yang dilindungi pemerintah, tetapi manfaatnya bagi lingkungan sangat besar, seperti mamakan berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk aedes aegefty sebagai pembawa maut demam berdarah (DBD).
Selain itu juga dapat mengantisipasi serangan hama dengan memakan binatang welang yang bisa merusak tanaman padi.
"Kami berharap warga tidak melakukan perburuan terhadap binatang tokek. Saat ini juga di Rangkasbitung satwa tokek sudah langka dan tidak terdengar lagi bunyi tokek di malam hari," ujarnya.