Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengoptimalkan pencegahan kekerdilan guna mewujudkan generasi unggul untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di daerah itu.
"Kita jangan sampai melahirkan generasi 'stunting' (kekerdilan), " kata seorang Petugas Penata Kependudukan Keluarga (KKB) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Tati Rohaeti di Lebak, Senin.
Baca juga: Pemkab Lebak ajak warga konsumsi ikan di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Pemkab Lebak ajak warga konsumsi ikan di tengah pandemi COVID-19
Pencegahan kekerdilan juga dengan melibatkan pendampingan PKK, bidan desa, dan kader Keluarga Berencana.
Pihaknya lebih mengedepankan pencegahan kekerdilan mulai dari hulu hingga hilir untuk melahirkan generasi unggul.
Ia mengatakan tentang bahaya kekerdilan karena pertumbuhan anak tidak maksimal, perkembangan otak anak lambat, dan saat dewasa fungsi tubuh tidak seimbang, sedangkan ketika tua berisiko terserang penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Oleh karena itu, pihaknya bekerja keras mengedukasi kelompok masyarakat agar terhindar dari kekerdilan dengan memberikan penyuluhan kepada pasangan calon pengantin.
Mereka dibekali pengetahuan tentang kesehatan anak, asupan gizi, ibu hamil yang mengalami anemia menjadikan perhatian khusus agar tidak melahirkan anak dalam kondisi kekerdilan, sedangkan pasangan usia subur (PUS) diberi pemahaman pentingnya pembatasan jarak kehamilan dengan masuk sebagai peserta KB.
"Kami lebih mengutamakan pencegahan agar terbebas 'stunting' itu," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Nurul Isneini menyatakan saat ini anak balita yang teridentifikasi kekerdilan 6.495 anak atau 6,38 persen dari 101.073 anak di daerah ini.
Pemerintah daerah melakukan intervensi kepada ibu hamil dan anak balita yang mengalami kurang gizi dengan memberikan asupan makanan bergizi dan bersumber protein, termasuk susu, di antaranya biskuit, susu, dan vitamin A.
Selain itu, pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri dan pemeriksaan ibu hamil.
Saat ini, pihaknya memperhatikan kesehatan ibu hamil dan asupan nutrisi, serta melakukan penanganan 1.000 hari pertama kelahiran mulai dari kehamilan 275 hari hingga 730 hari kelahiran.
Mereka dipantau sesuai dengan usia, termasuk berat badan dan tinggi badan.
"Kami bekerja sama dengan instansi lain untuk pencegahan 'stunting' itu," katanya.