Sebanyak 120 warga Curug Panjang Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, tinggal di tenda pengungsian akibat terdampak bencana pergerakan tanah.
"Warga sudah dua hari tinggal di pengungsian, " kata Sekretaris Desa Curug Panjang Kabupaten Lebak Sukri di Lebak, Kamis.
Baca juga: Rumah terdampak pergerakan tanah di Kabupaten Lebak jadi 43
Masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah di Kampung Cihuni Curug Panjang Kabupaten Lebak sebanyak 43 rumah dengan 173 jiwa.
Namun, mereka yang mengungsi sebanyak 120 jiwa tersebar di tiga tenda yang didirikan oleh relawan tagana setempat.
Selain itu juga ada yang mengungsi di rumah kerabat juga di rumah miliknya.
Mereka warga memilih tinggal di pengungsian itu guna menghindari rumah roboh akibat pergerakan tanah, terlebih pada malam hingga dinihari curah hujan meningkat.
"Semua warga tentu ketakutan tinggal di rumah karena kondisi bangunannya retak-retak dan nyaris roboh," kata Sukri.
Nurhayati, seorang warga yang tinggal di pengungsian menyatakan dirinya rela tidur di tenda bersama masyarakat lain karena khawatir rumah miliknya roboh karena kondisinya rusak berat.
Sebagian besar kondisi rumah retak besar mulai ruangan tamu hingga dapur terlihat retakan tembok akibat pergerakan tanah itu.
"Saya kira rumahnya itu jika diterpa angin kencang roboh," kata Nurhayati.
Begitu pula warga lainnya, Ipah, mengaku dirinya merasa senang bisa tinggal di tenda pengungsian, karena rumah miliknya terdampak bencana alam.
Bahkan, sebagian rumah miliknya itu nyaris roboh.
"Kita berharap pemerintah daerah ke depan dapat memberikan solusi agar warga bisa tinggal di tempat yang lebih aman dari ancaman bencana alam," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal mengatakan pihaknya sudah menyalurkan logistik untuk masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah.
Saat ini, pemerintah daerah tengah membahas nasib warga yang terdampak pergerakan tanah di Desa Curug Panjang agar mereka bisa hidup layak dan sejahtera tanpa bayangan bencana alam.
"Kami minta warga korban bencana pergerakan tanah bersabar karena pemerintah tengah mencari solusi," kata Agus.*
"Warga sudah dua hari tinggal di pengungsian, " kata Sekretaris Desa Curug Panjang Kabupaten Lebak Sukri di Lebak, Kamis.
Baca juga: Rumah terdampak pergerakan tanah di Kabupaten Lebak jadi 43
Masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah di Kampung Cihuni Curug Panjang Kabupaten Lebak sebanyak 43 rumah dengan 173 jiwa.
Namun, mereka yang mengungsi sebanyak 120 jiwa tersebar di tiga tenda yang didirikan oleh relawan tagana setempat.
Selain itu juga ada yang mengungsi di rumah kerabat juga di rumah miliknya.
Mereka warga memilih tinggal di pengungsian itu guna menghindari rumah roboh akibat pergerakan tanah, terlebih pada malam hingga dinihari curah hujan meningkat.
"Semua warga tentu ketakutan tinggal di rumah karena kondisi bangunannya retak-retak dan nyaris roboh," kata Sukri.
Nurhayati, seorang warga yang tinggal di pengungsian menyatakan dirinya rela tidur di tenda bersama masyarakat lain karena khawatir rumah miliknya roboh karena kondisinya rusak berat.
Sebagian besar kondisi rumah retak besar mulai ruangan tamu hingga dapur terlihat retakan tembok akibat pergerakan tanah itu.
"Saya kira rumahnya itu jika diterpa angin kencang roboh," kata Nurhayati.
Begitu pula warga lainnya, Ipah, mengaku dirinya merasa senang bisa tinggal di tenda pengungsian, karena rumah miliknya terdampak bencana alam.
Bahkan, sebagian rumah miliknya itu nyaris roboh.
"Kita berharap pemerintah daerah ke depan dapat memberikan solusi agar warga bisa tinggal di tempat yang lebih aman dari ancaman bencana alam," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal mengatakan pihaknya sudah menyalurkan logistik untuk masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah.
Saat ini, pemerintah daerah tengah membahas nasib warga yang terdampak pergerakan tanah di Desa Curug Panjang agar mereka bisa hidup layak dan sejahtera tanpa bayangan bencana alam.
"Kami minta warga korban bencana pergerakan tanah bersabar karena pemerintah tengah mencari solusi," kata Agus.*