Dalam keterangan tertulis dilansir dari laman web BMKG di Jakarta, Selasa, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyarankan untuk membangun dan memperkuat sistem mitigasi gempa bumi dan tsunami.
Baca juga: BPKP Banten jadikan Inspektorat Kabupaten Serang Piloting Penilaian Kapabilitas APIP Level 3
Hal tersebut menurutnya, bisa dilakukan melalui upaya penyiapan sarana evakuasi seperti sirine, jalur, rambu, tempat evakuasi, command center, serta edukasi dan latihan rutin untuk seluruh masyarakat, pengelola industri dan pariwisata.
Selain itu, Pemprov Banten juga harus membangun sarana penyebarluasan informasi secara cepat seperti jaringan radio dan jaringan komunikasi lainnya, serta menyiapkan peralatan untuk mendapatkan akses langsung informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG.
"Perlu juga segera disusun SOP Bersama, yang melibatkan seluruh elemen atau pihak seperti Pemerintah Daerah, Industri, Rumah Sakit dan pariwisata, untuk dapat melakukan respon cepat, mengingat potensi bahaya ikutan di kawasan strategis Cilegon sangat tinggi," kata Dwikorita.
Sementara untuk meminimalisir risiko korban jiwa, maka Pemprov Banten harus secara terus menerus dan seluas-luasnya menyebarluaskan informasi kerawanan dan kewaspadaan terhadap risiko gempa bumi dan tsunami, serta ancaman ikutannya kepada seluruh pihak atau elemen dan masyarakat di Kawasan Strategis Cilegon, kata dia.
"Masyarakat harus dilatih, utamanya yang berada di kawasan pantai dan pelabuhan. Tidak bisa sekali, tapi harus berkali-kali secara berkelanjutan. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu terjadi bencana, mereka siap dengan berbagai skenario yang telah disusun sebelumnya," kata Dwikorita.
Sebelumnya, BMKG mewanti-wanti Pemerintah Provinsi Banten terkait ancaman gempa dan tsunami yang berpotensi menghantam wilayah Banten, terutama di Kota Cilegon, sebab memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempa dan tsunami.
Di Kota Cilegon, menurut Dwikorita, dikenal sebagai kota industri serta banyak terdapat obyek vital negara.
Berdasarkan pemodelan yang dilakukan BMKG jika gempa terjadi di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi kekuatan gempa hingga mencapai magnitudo 8,7.
Diperkirakan, kawasan Cilegon akan terdampak dengan tingkat intensitas guncangan VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang hingga berat.
Sementara dengan kekuatan maksimum 8,7 tersebut, maka potensi genangan tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 meter yaitu di sekitar kawasan Pelabuhan Merak, Kota Cilegon.
Diperkirakan, kawasan Cilegon akan terdampak dengan tingkat intensitas guncangan VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang hingga berat.
Sementara dengan kekuatan maksimum 8,7 tersebut, maka potensi genangan tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 meter yaitu di sekitar kawasan Pelabuhan Merak, Kota Cilegon.