Usaha budi daya peternakan kerbau di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga kini masih menjadikan "celengan" atau tabungan, sehingga didorong untuk membantu swasembada pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat di daerah itu.
"Peternakan kerbau di sini masih menjadi usaha sampingan dan belum andalan ekonomi masyarakat," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pembibitan Dinas Peternakan Kabupaten Lebak Teguh di Lebak, Senin.
Baca juga: Karang taruna Lebak apresiasi bantuan pemberdayaan melalui provinsi dan kabupaten
Baca juga: Karang taruna Lebak apresiasi bantuan pemberdayaan melalui provinsi dan kabupaten
Pengembangan Sentra Peternakan Rakyat ( SPR) khusus usaha budi daya ternak kerbau di Kabupaten Lebak, lanjuntnya, masih menjadikan tabungan, karena terbentur permodalan juga minimnya sumber daya manusia dan teknologi, sehingga dikelola secara tradisional.
Padahal potensi usaha peternakan di Kabupaten Lebak cukup menjanjikan untuk menjadi sentra lumbung ternak karena didukung lahan yang luas. Para peternak, kata dia, mengembalakan ternak mereka dilepas di lahan-lahan perkebunan atau tanah lapang untuk mencari pakan rerumputan.
Pola pengembangan usaha seperti itu, lanjut dia, tentu menghambat proses menjadi populasi ternak besar. Padahal permintaan kerbau untuk kebutuhan Idul Fitri dan Idul Adha cukup tinggi.
"Saya kira pangsa pasar kebutuhan ternak kerbau cukup jelas dan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat sendiri, " katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah tidak henti-henti mengedukasi dan membina SPR- SPR khususnya ternak kerbau agar meningkatkan SDM dan teknologi peternakan, antara lain melalui pengembangan membangun kebun rumput pecong untuk pakan. Rumput pecong untuk 50 ekor kerbau diperlukan seluas lima hektare, karena kebutuhan pakan 50 kg/ternak/hari.
Selain itu juga kerbau tidak dilepas dan berada di kandang dengan kondisi bersih, juga setiap bulan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari dokter hewan.
Pengembangan ternak kerbau harus dilakukan inseminasi buatan ( IB) agar cepat meningkatkan populasi ternak.
Ia mengatakan pemerintah daerah kini mengembangkan pembibitan untuk pelestarian populasi ternak kerbau agar tidak hilang di masyarakat. Saat ini jumlah populasi kerbau di Kabupaten Lebak menurun drastis dari semula 33.200 ekor, kini menjadi 19.000 ekor.
Hal itu, kata dia, karena akibat berbagai faktor antara lain faktor berkurangnya pejantan, alih fungsi lahan yang mengakibatkan sulitnya rerumputan sebagai pakan ternak, dan pencurian. Selain itu juga faktor penerapan teknologi pertanian pangan, sehingga petani meninggalkan penggunaan bajak ternak kerbau.
Hal itu, kata dia, karena akibat berbagai faktor antara lain faktor berkurangnya pejantan, alih fungsi lahan yang mengakibatkan sulitnya rerumputan sebagai pakan ternak, dan pencurian. Selain itu juga faktor penerapan teknologi pertanian pangan, sehingga petani meninggalkan penggunaan bajak ternak kerbau.