Serang (Antara News) - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminta Pemerintah menjaga kelangsungan investasi jalan tol, khususnya bagi proyek-proyek jalan tol yang sepenuhnya dikerjakan swasta, terutama dalam hal pengadaan tanah.
"Butuh terobosan baru, khususnya percepatan proses penyediaan tanah untuk kepentingan prasarana umum agar investor segera melaksanakan proyek dengan dukungan dana perbankan tanpa harus menunggu lahan bebas semuanya perlu adanya goverment guarantee bagi perbankan," kata Ketua MTI Danang Parikesit saat dihubungi Minggu.
Apabila ditinjau dari skala ekonomi investasi tol, menurut dia, sebenarnya kurang menarik. Untuk itu, Pemerintah harus mampu memberikan jaminan kepada investor, seperti di Korea yang memberikan jaminan pendapatan (revenue guarantee), kata Danang.
"Bisa saja untuk investasi tol di Indonesia sifatnya jaminan volume lalu lintas (traffic guarantee) karena tingkat pengembalian bukannya pada revenue, melainkan sejauh mana besaran traffic," ujar dia.
Di sisi lain, Danang Parikesit yang juga mantan Staf Khusus Menteri PU menilai kelangsungan investasi jalan tol di Tanah Air terlihat belum berjalan sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu, dia mendesak Pemerintah untuk segera mencari terobosan kebijakan.
Menurut Danang, Pemerintah harus mampu memberikan garansi bagi perbankan agar bisa mencairkan dananya kendati lahan belum tuntas maksimal 90 persen sesuai dengan aturan.
Terobosan lain, tambah Danang, perlunya mendorong peran Badan Investasi Pemerintah (BIP) untuk turut membantu memberikan dana talangan (bridging) dalam pembebasan tanah.
"Nantinya, apabila pembebasan tanah telah mencapai 90 persen, baru mendapat penggantian dari Pemerintah," ujar dia.
Kepastian investasi, kata dia, merupakan kewajiban yang harus dipenuhi ketika investor telah membenamkan dana yang tidak sedikit pada prasarana umum tersebut.
Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Marga Mandala Sakti (MMS) sebagai pengelola ruas tol Tangerang-Merak terus melakukan pembenahan infrastruktur.
Hal paling mendasar yang dilakukan oleh MMS adalah melakukan restrukturisasi prasarana jalan tol.
Direktur Teknik dan Operasi PT Marga Mandala Sakti Sunarto Sastrowiyoto mengatakan bahwa sampai sekarang kurang lebih biaya rekonstruksi yang telah dikeluarkan sekitar Rp1 triliun.
Khususnya tahun ini, kata dia, MMS telah melakukan pelebaran dari dua lajur menjadi tiga lajur seksi Cikupa-Balaraja sepanjang 7,5 kilometer dengan dua lajur berarti 15 kilometer.
"Tahun ini investasi sekitar 400 miliar, diharapkan Maret tahun depan pelebaran ini sudah bisa diselesaikan," tutur Sunarto.
Sunarto menjelaskan bahwa pelebaran lajur juga telah dilakukan oleh MMS untuk ruas Bitung-Cikupa sepanjang 5 km dengan dua arah menjadi 10 km.
"Aturannya penambahan kapasitas seperti lajur ini mengacu volume traffic apabila sudah mencapai 80 persen, tentu kapasitas ditingkatkan dengan menambah lajur," paparnya.
Menurut Sunarto, kewajiban penambahan lajur seharus dilakukan hingga Cilegon. Hanya saja, mendekati arah Cilegon, kapasitas traffic kendaraan masih memungkinkan karena di bawah 80 persen sehingga belum menjadi prioritas.
"Rekonstruksi jalan tol Tangerang-Merak ini, sudah dilakukan pihak MMS sejak 2008 secara bertahap," ujar dia.
Selain menambah lajur, Sunarto mengatakan bahwa pada tahun ini MMS sudah menambahkan gerbang tol Cikupa dari 14 gardu menjadi 20 gardu. Demikian pula, corak gardu memiliki struktur modern.
"Kami terus-menerus diaudit BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol, red.) setiap enam bulan sekali. Kalau tingkat pelayanan, tentunya sudah sesuai dengan apa yang dipersyaratkan," tuturnya.
Menyingung soal investasi prasarana dan pemeliharaan yang besar, Sunarto mengatakan, "Tentunya peningkatakan layanan sangat bergatung pada tingkat pengembalian investasi melalui tarif."
"Sebenarnya penentuan tarif itu dilakukan bisa sekali saja di depan, tetapi besar tarifnya sehingga ditempuh penyesuaian tarif bertahap dua tahun sekali. Bagi kami, tarif ini juga merupakan bagian kepastian investasi," ungkapnya.